Bisnis

Porsi Sektor Manufaktur Masih Kecil Jadi Tantangan UMKM Go Global

Pemerintah perlu menggenjot UMKM pada sektor manufaktur. Sektor tersebut dinilai dapat memicu pertumbuhan UMKM dapat go global.

Featured-Image
Seorang perajin anyaman bambu sedang menyusun hasil produk UMKM. (Foto: Qoala.app)

bakabar.com, JAKARTA – Manager SMEPP PT Pertamina, Budi Ariffianto mengungkapkan porsi sektor manufaktur UMKM masih sangat kecil dalam ekosistem UMKM. Padahal, sektor tersebut dapat menjadi kunci sukses untuk UMKM bisa menjadi go global.

Berdasarkan data Lembaga Pengembangan Perbankan (LPPI) tahun 2015, UMKM pada sektor manufaktur memiliki persentase sebesar 18,3 persen. Sektor yang memiliki porsi terbsesar adalah perdagangan, hotel dan restoran. Sektor tersebut, memiliki persentase sebesar 26,7 persen.

“Sektor manufaktur masih menghadapi kendala yang menghambat perkembangannya,” katanya dalam acara diskusi secara virtual di Jakarta, Jumat (7/10).

Budi memaparkan mayoritas UMKM sektor manufaktur di Indonesia masih dalam skala mikro. Kondisi tersebut yang menyebabkan UMKM sektor manufaktur masih belum mampu memproduksi barang dalam jumlah besar.

Ia pernah menemukan masih terdapat UMKM menerima pesanan produksi ekspor sebanyak 10.000 unit, namun target tersebut tidak mampu tercapai. Hal itu terjadi karena kendala skala bisnisnya kecil dan hanya mampu memproduksi 1000 unit.

“Akhirnya potensial pembeli tersebut tidak lagi membeli ke produk dalam negeri karena pesanannya tidak terpenuhi,” ungkapnya.

Masalah tersebut bisa terselesaikan jika UMKM mikro tersebut melakukan kolaborasi dengan pelaku UMKM lainnya untuk meningkatkan jumlah produksi. Namun, sayangnya pola pikir pelaku UMKM masih bergerak secara individual.

Hal tersebut yang menyebabkan UMKM Indonesia masih sulit untuk berkembang. Bahkan termasuk belum bisa mencakup target pasar mancanegara.

“Selain bisa mencakup mancanegara. Sektor manufaktur memiliki daya serap tenaga kerja yang lebih besar,” ungkapnya.

Berdasarkan pemaparan Budi, manufaktur, dalam proses produksinya, membutuhkan lebih banyak dari pada UMKM di sektor perdagangan. Budi mengumpamakan, toko kelontong yang mempekerjakan 2-3 orang untuk bisa beroperasi. Adapun sektor manufaktur mampu menyerap tenaga kerja sebanyak 2-3 kali lipatnya.

“Untuk itu pemerintah perlu untuk menggenjot UMKM pada sektor manufaktur,” pungkasnya.

Editor


Komentar
Banner
Banner