Penipuan Like Dan Subscribe

Polisi Ngaku Kantongi Pelaku Penipuan Modus Like dan Subscribe

Polda Metro Jaya telah mengantongi identitas pelaku penipuan dengan modus kerja like dan subscribe.

Featured-Image
Ilustrasi hacker. Foto-Istimewa

bakabar.com, JAKARTA - Polda Metro Jaya telah mengantongi identitas pelaku penipuan dengan modus kerja like dan subscribe. 

Adapun beberapa Laporan Polisi (LP) yang masuk ke Polda Metro Jaya soal penipuan like subscribe sudah masuk ke tahap penyidikan. 

"Pelaku sudah terdeteksi. Kemudian, beberapa kasus itu sudah sampai dengan tahap penyidikan," ujar Kepala Unit Siber Ditreskrimsus Polda Metro Jaya, Ipda Satrio kepada wartawan, Sabtu (8/7).

Polisi saat ini juga tengah melakukan pemeriksaan rekening penerima dana dari korban penipuan like dan subscribe itu.

Baca Juga: Korban Penipuan Like dan Subscribe Capai Ratusan, Kenali Modusnya!

Namun, terkait rekening pihaknya mengaku butub waktu yang lama untuk mengusutnya. Sebab, penyidik perlu waktu dalam mengajukan izin kepada bank yang bersangkutan. Langkah itu harus ditempuh dalam proses penyidikan.

"Saat kita menemui pemilik rekening bank tersebut kita cek memang banyak rekening itu dijual oleh pemilik atau nama di rekening bank," ujar dia.

Adapun penyidik mencatatkan Jumlah kerugian paling kecil sebesar Rp 3 juta, sedangkan paling besar hingga ratusan juta rupiah.

Baca Juga: Polisi Telusuri Unsur Pidana Kasus Jasad Bayi Disimpan di Freezer

Angka kerugian itu dialami oleh korban secara perorangan, maupun akumulasi dari laporan berkelompok. "Kebetulan saya nggak menangani yang berkelompok," pungkasnya.

Kenali modusnya

Panit 1 Subdit 4 Ditreskrimsus Polda Metro Jaya, Ipda Satrio membeberkan beberapa modus yang digunakan pelaku dalam melancarkan aksinya. 

"Pelaku menjaring korban via chat WhastApp. Mereka mengirimkan pesan berupa ajakan kerja paruh waktu dengan iming-iming upah yang lumayan," ungkap Satrio kepada wartawan. 

Kemudian, pelaku juga memanfaatkan fitur Whatsapp Blaster supaya pesan bisa terkirim ke nomor telepon secara acak.

"Mereka pakai sistem blaster kepada siapapun. Dari situ tawarkan keuntungan hingga membuat mereka tertarik," lanjutnya.

Kata dia, korban yang tertarik pun diarahkan berkomunikasi via grup telegram. Dia akan membuat seolah-olah ada orang lain yang turut diikutsertakan dalam pekerjaan itu. Padahal, sebagian dari peserta grup bagian dari kelompok pelaku.

"Mungkin ada satu atau dua korban di dalamnya. Tapi sebenarnya beberapa orang mereka sendiri. Itu modusnya," lanjutnya.

Editor


Komentar
Banner
Banner