bakabar.com, JAKARTA - Seorang polisi bernama Aipda Dwi Hartono viral di TikTok karena membuat video tutorial bermain Lato-lato.
Anggota kepolisian Polres Sungai Hulu Utara (HSU) itu mengaku videonya ditujukan sebagai hiburan untuk masyarakat.
Dalam video berjudul 'Tutorial mudah bermain latto latto' Aipda Dwi Hartono menyertakan tanda pagar (tagar) #fyp, #lattolatto, hingga #polisilucu.
Aipda Dwi Hartono, dalam video menunjukkan cara bermain lato-lato dengan mudah namun ia juga sempat frustrasi karena beberapa kali gagal.
"Perlahan-perlahan aja, slow, slow, tidak usah... bagi pemula ya, bagi pemula. Ini, pelan-pelan saja, habis itu, perlahan-lahan kita..." kata Aipda Dwi dalam video tersebut.
Di akhir video, Aipda Dwi tampak kesal jarena permainan lato-latonya gagal. ia lantas membanting lato-latonya ke tanah, tapi tetap dipungut kembali. Dia membuat konten itu untuk lucu-lucuan saja.
Dalam video itu orang-rang di sekitarnya ikut ngakak sehingga sangat ramai. Konten menarik sang polisi itu bahkan ditonton 4,4 juta kali sejak pertama kali diunggah enam hari lalu.
Dua hari setelah konten 'tutorial' bermain lato-lato itu viral, Aipda Dwi mengunggah video permintaan maaf. Dia mengaku tidak ada niat merusak marwah Polri dengan video tutorial lato-lato.
Sayangnya respon berbeda ia dapatkan dari atasannya. Aipda Dwi Hartono mendapat hukuman push-up dari atasannya buntut dari video viral lato-latonya itu.
"Video itu saya buat semata-mata hanya untuk hiburan kepada masyarakat sebagai salah satu bentuk pendekatan yang humanis. Sekali lagi saya mohon maaf, saya menyesal dan saya siap mempertanggungjawabkan apa yang saya buat dan ini menjadi pelajaran yang berharga buat saya," ujar Aipda Dwi Hartono dalam video, Senin (9/1).
Menanggapi video Aipda Dwi Hartono viral, netizen mengaku terhibur dan tidak ada yang salah dengan video tersebut lucu itu. Lalu kenapa Aipda Dwi Hartono dihukum push-up?
Merepons video Aipda Dwi Hartono yang viral dan pertanyaan netizen mengenai hukuman yang tidak pantas pada polisi itu, Kapolda Kalimantan Selatan (Kalsel) Irjen Andi Rian Djajadi angkat bicara.
"Coba dilihat hingga akhir videonya. Tidak elok dilihat seorang polisi membanting barang, dalam hal ini lato-lato. Jika dilihat dan ditiru anak kecil bagaimana? Kita tahu penggemar permainan lato-lato kebanyakan kan anak kecil," ujar Irjen Andi Rian Djajadi
Sikap itu dianggap sang Kapolda sebagai contoh buruk. Dia Khawatiran anak-anak yang kesal karena gagal bermain lato-lato akan meniru sikap Aipda Dwi Hartono.
"Itu dia bukan mengajari bermain lato-lato yang benar, malah memberi contoh kalau kesal dengan suatu hal, tidak bisa bermain lato-lato, lempar atau banting barang," tutur Andi Rian.
Andi Rian menyebutkan banyak video-video positif dan lucu yang bisa menjadi inspirasi Aipda Dwi Hartono dalam membuat konten humanis. Intinya, tegas Andi Rian, dia bukan mempermasalahkan anggota yang bermain lato-lato.
"Kalau ingin membuat video humanis, lucu, menghibur, banyak contohnya saya kira. Jadi yang disorot itu bagian akhir videonya, bukan soal yang bersangkutan (Aipda Dwi Hartono) main lato-lato," tegas Andi Rian.
Menanggapi hukuman yang diterima oleh polisi Sungai Hulu itu, Anggota Komisi III DPR Habiburokhman menyebutkan tindakan hukuman itu berlebihan.
Menurut dia, anggota Polri memang bisa dihukum kalau pelanggarannya jelas. Dia mengaku tidak melihat pelanggaran yang dilakukan Aipda Dwi Hartono dalam pembuatan video lato-lato itu.
"Memang berlebihan kalau dia dihukum hanya gara-gara main lato-lato, nggak jelas apa yang dilanggar. Secara prinsip polisi bisa dihukum kalau melakukan pelanggaran atau melakukan tindakan yang merugikan masyarakat. Jadi hukuman harus jelas dasarnya," ujar Habiburokhman.
Ia menyebut video tutorial lato-lato ala Aipda Dwi Hartono ada baiknya bagi Polri. Menurutnya, video tersebut bisa menghapus stigma polisi yang kaku dan seram.
"Sebaliknya, kalau tutorial lato-lato menurut saya justru ada positifnya yakni mengikis citra aparat yang 'seram' dan kaku, dan menunjukkan polisi yang dekat dengan keseharian masyarakat," tukasnya.