bakabar.com, JAKARTA - Pernah berjaya di era 1980, PT Merpati Nusantara Airlines akhirnya resmi dibubarkan Presiden Joko Widodo (Jokowi).
Pembubaran dilakukan melalui Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 8 tahun 2023 tentang Pembubaran Perusahaan Perseroan PT Merpati Nusantara Airlines.
"PT Merpati Nusantara Airlines yang didirikan berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 70 Tahun 1971 tentang Pengalihan Bentuk Perusahaan Negara (PN) Perhubungan Udara Daerah dan Penerbangan Serbaguna 'Merpati Nusantara' menjadi perseroan bubar karena dinyatakan pailit," demikian isi Pasal 1 PP yang diteken Jokowi tertanggal 20 Februari 2023.
Pembubaran itu tak lepas dari putusan Pengadilan Niaga di Pengadilan Negeri Surabaya Nomor 5/Pdt.Sus Pembatalan Perdamaian I 2022/PN Niaga Sby jo Nomor 4/Pdt.Sus-PKPU/20l8/PN Niaga Sby tertanggal 2 Juni 2022.
Sebelum dinyatakan pailit dan dibubarkan, Merpati mengalami kesulitan keuangan sejak 2008 dan akhirnya berhenti beroperasi mulai 2014. Dalam waktu bersamaan, utang plus beban bunga semakin menggunung.
Sejak resmi stop operasi, sejumlah rute penerbangan pun kemudian diambil alih maskapai lain seperti Susi Air dan Garuda Indonesia.
Kondisi itu berbanding terbalik dengan puluhan tahun sebelumnya, ketika 96 persen saham perusahaan ini dimiliki pemerintah.
Didirikan sejak 1962 dan memiliki pusat operasi di Jakarta, Merpati bersama Garuda menjadi penguasa langit Indonesia di era 1980 hingga 1990.
Garuda menjadi penguasa penerbangan penghubung antarkota besar, sementara Merpati kebagian menggarap rute-rute perintis.
Mengusung tagline Jembatan Udara Indonesia, ratusan pesawat pernah memperkuat armada mereka.
Dilansir dari Kompas, pesawat yang pernah didatangkan di antaranya seri turboprop Vickers Vanguard, Vickers Viscount, Casa 212, CN 235, Twin Otter, juga pesawat angkut versi sipil Hercules L 100 L382G.
Seiring tuntutan zaman, Merpati Nusantara Airlines kemudian memasuki era mesin jet. Boeing 707, Boeing 727, Fokker F-28, Fokker 100, Boeing 737 dan Airbus A310.
Bahkan Merpati Nusantara Airlines pernah membuka rute luar negeri seperti ke Honolulu, Los Angeles, Jeddah, Manila, Dili, Darwin, Perth, Sydney, Melbourne, Kuala Lumpur dan Singapura.
Pun Merpati diandalkan warga yang tinggal di pelosok. Sebelum muncul maskapai swasta yang melayani penerbangan perintis, Merpati menjadi pilihan utama, selain harga tiket terjangkau.
Kejayaan Merpati mulai meredup, setelah Indonesia dilanda krisis moneter 1997. Dampaknya mereka memangkas sejumlah rute dan mengurangi armada mereka.
Masalah finansial dan beban utang, ditambah kehadiran maskapai-maskapai baru, kian memperberat langkah Merpati di era millennium.
Akhirnya Merpati menyusul Sempati Air, Bouraq, Jatayu Airlines, Adam Air, Indonesia Airlines dan Batavia Air yang lebih dulu tutup buku.
Sebelum dinyatakan pailit, kesehatan Merpati perseroan mulai terguncang sejak 2008. Mereka merugi dan menanggung utang senilai Rp2,8 triliun.
Bahkan di pertengahan 2012, Merpati digugat 1.000 karyawan karena perselisihan pemutusan hubungan kerja (PHK).
Dua tahun berselang, kondisi keuangan perusahaan kian buruk hingga resmi berhenti terbang. Sedangkan utang semakin menggunung hingga Rp7,29 triliun.
Memasuki awal 2016, beban utang kreditur naik menjadi Rp10,72 triliun, kemudian ekuitas minus sebesar Rp9,51 triliun.
Sempat direncanakan akan terbang lagi mulai 2019, seiring kehadiran investor yang akan menyuntikkan dana Rp5,4 triliun, kondisi perusahaan ternyata tak kunjung membaik.