bakabar.com, BANJARMASIN - Pasangan Jeje Govinda dan Syahnaz Sadiqah akhirnya buka suara terkait isu perselingkuhan yang menerpa keluarga mereka. Dalam klarifikasinya, Syahnaz mengaku menyesal atas perbuatannya dan berjanji untuk menjadi seseorang yang lebih baik lagi.
Sementara itu, Jeje sebagai suami juga memilih untuk memaafkan perbuatan Syahnaz Sadiqah. Jeje mengaku, ia dan Syahnaz Sadiqah akan menyelesaikan masalahnya secara internal.
"Kita diam selama ini bukan berarti kita tidak menyelesaikan permasalahan kita. Kita diam juga menyelesaikan masalah kita sendiri secara internal, karena di setiap keluarga memiliki cara sendiri untuk menyelesaikan setiap masalahnya," ucap Jeje Govinda dalam video klarifikasi yang diunggah di kanal Youtube Jeje & Nanas Channel.
Baca Juga: Rumah Tangganya Diterpa Isu Perselingkuhan, Syahnaz dan Jeje Akhirnya Bicara
Tidak hanya itu, menurut Jeje, sebagai suami ia akan selalu menjaga nama baik istrinya apapun kesalahannya. Hal ini karena Syahnaz Sadiqah tetaplah ibu dari anak-anaknya. Oleh sebab itu, ia memilih menyelesaikan masalah secara internal dan berharap dirinya serta Syahnaz Sadiqah bisa menjadi lebih baik lagi.
"Bagi saya di dunia ini ada wanita mulia, dia adalah ibu saya yang sudah melahirkan saya dan istri yang sudah melahirkan anak-anak saya. Sampai kapan pun saya sebagai kepala keluarga dan sebagai imam dalam keluarga harus menjaga nama baik istri saya," terangnya.
Pernyataan Jeje tersebut menuai pro dan kontra di masyarakat. Beberapa salut dan setuju atas keputusan yang diambil Jeje. Sementara beberapa lainnya justru kecewa karena Jeje masih memaafkan Syahnaz Sadiqah setelah berselingkuh dengan Rendy Kjaernett.
Sikap Suami Jika Istri Selingkuh dalam Islam
Namun, sebenarnya bagaimana sikap seorang suami jika istrinya selingkuh dalam Islam? Apakah suami harus menceraikan istrinya atau justru memaafkan?
Mengutip Dalam Islam pada Senin (10/7), Ustaz Ami Nur Baits menjelaskan, pertama, jika ia bertaubat dan menyesali perbuatannya bahkan berusaha untuk meminta maaf dengan suami atas perbuatannya itu. Maka, suami boleh mempertahankan istrinya dan tidak menceraikannya.
Namun, hal tersebut dengan dua syarat, yakni suami harus siap memaafkan istrinya dan tidak mengungkit masa lalunya. Setelah dia bertaubat, suami juga harus siap merahasiakan kasus istrinya dan tidak menceritakannya kepada siapapun.
Sikap ini akan menjadi ladang pahala bagi suami, karena termasuk bentuk kesabaran. Dalil yang menjadi sandaran sikap sabar itu adalah sebuah fatwa Islam, No. 162851:
"Pernyataan kami ‘suami boleh mempertahankan istrinya’ artinya bukan kewajiban. Suami bisa mempertimbangkan dampak baik dan buruknya, untuk menentukan pilihan, cerai ataukah dipertahankan," Fatwa Islam No.162851.
Namun, jika syarat tersebut sekiranya tidak bisa dipenuhi, suami diperbolehkan menceraikan istrinya. Apalagi, jika suami berat untuk memaafkan perbuatan istrinya tersebut.
Suami juga bisa menceraikan jika istrinya tidak menunjukkan tanda-tanda penyesalan. Bahkan, jika istrinya itu masih tetap bergaul bebas dengan laki-laki lain meskipun sudah meminta maaf kepada suaminya.
Tidak hanya itu, ada alasan lain suami tidak boleh mempertahankan istrinya dan harus menceraikannya. Hal ini karena ketika sang suami mempertahankan istrinya, dia dianggap tidak memiliki rasa cemburu, dan tergolong suami dayuts. Sikap ini termasuk dosa besar.
Dari Abdullah bin Umar radhiyallahu ‘anhuma, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, "Tiga orang yang tidak akan Allah lihat mereka pada hari kiamat: Orang yang durhaka kepada kedua orang tuanya, wanita tomboi, dan lelaki dayuts." (HR. Ahmad 5372, Nasai 2562, dan dishahihkan Syuaib Al-Arnauth).