Tak Berkategori

Perlahan, Rupiah Mulai Menguat

apahabar.com, JAKARTA – Kurs tengah BI atau kurs acuan Jakarta Interbank Spot Dollar Rate/Jisdor berada di…

Featured-Image
ilustrasiSumber: net

bakabar.com, JAKARTA - Kurs tengah BI atau kurs acuan Jakarta Interbank Spot Dollar Rate/Jisdor berada di Rp 14.870 pada Selasa (15/9). Rupiah menguat 0,69% dibanding posisi penutupan perdagangan sebelumnya.

Sementara di pasar spot, rupiah juga hijau. Pada pukul 10:00 WIB, US$ 1 setara dengan Rp 14.855 di mana rupiah menguat 0,03%.

Kala pembukaan pasar, rupiah masih menguat 0,4%. Seiring perjalanan, apresiasi rupiah tergerus sampai ke level tipis hampir flat.

Sama seperti rupiah, berbagai mata uang utama Asia juga perkasa di hadapan dolar AS. Berikut perkembangan kurs dolar AS terhadap mata uang utama Benua Kuning di perdagangan pasar spot pada pukul 10:14 WIB:

Kemarin, rupiah menutup perdagangan pasar spot di posisi Rp14.860/US$, sama persis dengan posisi penutupan akhir pekan lalu alias stagnan. Rupiah tidak pernah menguat selama lima hari perdagangan beruntun. Dalam lima hari tersebut, depresiasi rupiah mencapai 0,88%.

Ini membuat rupiah punya ruang untuk mencatatkan technical rebound. Rupiah yang sudah ‘murah’ membuatnya kembali menarik di mata investor.

Selain itu, dolar AS memang masih dalam tren melemah. Pada pukul 09:32 WIB, Dollar Index (yang menggambarkan posisi greenback di hadapan enam mata uang utama dunia) terkoreksi 0,09%. Dalam sepekan terakhir, indeks ini turun 0,5%.

Investor sedang bernafsu memburu aset-aset berisiko karena ada kabar baik dari pengembangan vaksin anti-virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19). Setelah sempat berhenti, uji coba vaksin AstraZaneca yang bekerja sama dengan Universitas Oxford sudah dilanjutkan kembali.

“Ada perkembangan positif dari pengembangan vaksin anti-virus corona yang membantu mengangkat persepsi pelaku pasar. Menurut saya sentimen ini agak lemah, tetapi sudah cukup untuk membuat investor masuk ke pasar saham sehingga dolar AS melemah,” kata Amo Sahota, Direktur Eksekutif Klarity FX yang berbasis di San Francisco, seperti dikutip dari Reuters.

Dini hari tadi waktu Indonesia, bursa saham New York ditutup menguat signifikan. Indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) melonjak 1,18%, S&P 500 melesat 1,27%, dan Nasdaq Composite terangkat 1,87%.

Investor juga terus mengurangi kepemilikan mata uang Negeri Paman Sam jelang rapat bank sentral AS (The Federal Reserve/The Fed) yang hasilnya diumumkan Kamis dini hari waktu Indonesia. Mengutip CME FedWatch, probabilitas suku bunga acuan bertahan di 0-0,25% mencapai 100%. Tidak ada ruang untuk perubahan.

“Ada indikasi The Fed akan mempertahankan suku bunga mendekati 0% hingga 2023. Ini terlihat dari perubahan dotplot yang terbaru,” sebut riset NatWest.

Suku bunga rendah akan membuat berinvestasi di aset-aset berbasis dolar AS menjadi kurang menarik.

Dengan kemungkinan suku bunga ultra-rendah bertahan sampai 2023, maka tren depresiasi dolar AS sepertinya akan bertahan agak lama.

Editor: Muhammad Bulkini



Komentar
Banner
Banner