Rasa kemanusiaan mengesampingkan urusan pribadinya. Kerinduan kepada anak dan istrinya hanya mampu ia sampaikan melalui kata-kata di atas secarik kertas putih.
Muhammad Fauzi Fadilah, Rantau
Yudha Perdana adalah salah satu perawat asal Kabupaten Tapin yang ditugaskan menangani pasen Covid-19 di RS Ulin Banjarmasin.
Keberanian Yudha patut dipuji. Sebab, ia harus melawan ketakutan demi ketakutan yang ia alami. Ia sadar sedang menghadapi sesuatu yang berisiko besar terhadap dirinya, juga keluarganya.
“Takut itu wajar dan manusiawi. Dengan rasa takut harusnya membuat kita lebih berhati-hati, bukan untuk menghindari situasi kritis seperti sekarang ini,” kata Yudha, memulai perbincangan bersama bakabar.com.
Sebenarnya, keluarganya sempat tak merestui. Istrinya khawatir dan sempat menangis. Dia pun merasakan hal yang sama. Namun, semangat Yudha dan sumpah profesi membuat nyalinya terus berkobar untuk menjadi bagian dari garda terdepan melawan Covid-19.
Memang tak semua orang diciptakan memiliki mental baja seperti dirinya. Yudha yang tinggal di kaki Gunung Meratus harus menempuh jarak yang jauh untuk menuju ke Banjarmasin.
Yudha tercatat sebagai salah satu perawat di Puskesmas Kecamatan Piani. Dari Kabupaten Tapin, dia datang bersama 7 rekannya, yaitu Muhammad Firdaus, Wahyudi Ramadhani Pratama, Muhammad Burhan Firdaus, Deni Fitriyadi dan Guntur Hendrasto.
Sekadar diketahui, pada 17 April lalu, Dinas Kesehatan Provinsi Kalsel memanggil 8 perwakilan perawat dari masing masing daerah di Kalsel, termasuk dari Tapin.
Hal itu dilakukan oleh Pemprov Kalsel karena pasien rujukan ke RS Ulin terus bertambah.
“Kami dipanggil oleh Dinas Kesehatan Provinsi untuk menjadi pegawai tidak tetap (PTT) membantu merawat pasen Covid-19 di RS Ulin Banjarmasin,” ujar Yudha.
Sejak saat itu, Yudha menjalani rutinitas di RS Ulin Banjarmasin. Setiap hari dia harus memakai APD lengkap kala bertugas, baju ala astronaut melindunginya saat merawat pasen Covid-19.
Dari perjuangannya itu, Yudha dan perawat lain menerima honor Rp 155 ribu per hari. Namun, dia berharap insentif dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) itu ditambah, sebab ia menilai angkanya terlalu kecil jika dibanding risikonya yang besar.
“Mungkin itu tidak sebanding dengan risikonya,” sebutnya.
Saat ini, dia berpesan agar daerah-daerah lain di Kalsel lebih memperketat pengawasan, melengkapi APD, dan melakukan upaya lainnya untuk meminimalkan penyebaran Covid-19.
Dia mengatakan kondisi di daerah berbeda dengan situasi yang dia hadapi. Di rumah sakit, para tenaga medis sudah memiliki kewaspadaan dini yaitu dengan mengenakan APD lengkap.
Sementara di luar rumah sakit, kondisinya berbeda. Sebab tak semua orang dilengkapi dengan APD yang lengkap.
Ia pun meminta kepada semua orang untuk berani melawan Covid-19 serta tetap optimistis dengan mematuhi imbauan pemerintah.
“Kawan kawan, ayo kita kalahkan Covid-19 bersama-sama dengan cara mengikuti anjuran pemerintah. Dari individu kita masing pastinya harus tetap waspada bahaya Covid-19. Intinya jangan sampai tertular apalagi sampai menularkan,” pesannya.
Yudha juga sempat menyampaikan pesan kerinduan yang sangat menyentuh kepada anak dan istri tercintanya.
“Miss you Fay, Mommy,” katanya.
Reporter: Muhammad Fauzi Fadilah
Editor: Puja Mandela