Pekan Kesadaran Antimikroba Sedunia

Peringati Pekan Kesadaran Antimikroba Sedunia, Komitmen Pfizer Indonesia Memerangi Antimicrobial Resistance

Peringati Pekan Kesadaran Antimikroba Sedunia (WAAW), PT Pfizer Indonesia berkomitmen mencegah Antimicrobial Resistance (AMR) melalui gerakan Jitu di ICU.

Featured-Image
Cegah Antimicrobial resistance (AMR), PT Pfizer Indonesia Ajak Masyarakat dengan gerakan Jitu di ICU. Foto: unep.org

bakabar.com, JAKARTA - Peringati Pekan Kesadaran Antimikroba Sedunia (WAAW), PT Pfizer Indonesia berkomitmen mencegah Antimicrobial Resistance (AMR) melalui gerakan Jitu di ICU.

Antimicrobal Resistance (AMR) atau resistensi antibiotik adalah sebuah kondisi atau permasalahan serius yang menyerang pasien akibat dari jamur atau bakteri. Ini terjadi akibat paparan antimikroba yang tidak rasional sehingga berdampak buruk pada pasien.

"AMR bisa disebabkan oleh bakteri, jamur hingga virus. Tapi paling sering disebabkan oleh bakteri, dan membuat kondisi pasien semakin melemah," ungkap dr. Pratista Hendarjana, Sp.An. KIC, seorang Dokter Spesialis Anestesi, dalam webinar yang dilakukan secara daring, Rabu (29/11).

Pada 2019, total kematian akibat resistensi yang diakibatkan infeksi ini mencapai 1,27 juta orang di seluruh dunia. Sehingga menjadi pengingat seriusnya penyakit ini.

World Antimicrobial Awareness Week (WAAW) jatuh tiap tanggal 18 hingga 24 November tiap tahunnya. Pada tahun ini, WHO mengusung tema Preventing antimicrobial resistance together, agaimana cara mencegah antimikroba secara bersamaan.

WHO menyebut kondisi ini sebagai silent pandemic yang terjadi di seluruh dunia, sehingga memiliki concern yang sangat besar di berbagai negara.

Dengan menggaungkan pencegahan pemakaian antibiotik sebarangan, guna mencegah resistensi terhadap antibiotik.

"Perlu adanya kolaborasi antar pasien, keluarga pasien, tenaga kesehatan dan pemerintah dalam penggunaan antibiotika agar tidak sembarangan, bukan hanya membeli tapi dalam penggunaannya," ujar Presiden Direktur PT Pfizer Indonesia, Nora T Siagian.

Tangkap Layar webinar yang bertajuk #JitudiICU yang dilakukan secara daring, Rabu (29/11/2023). Foto: istimewa
Tangkap Layar webinar yang bertajuk #JitudiICU yang dilakukan secara daring, Rabu (29/11/2023). Foto: istimewa

Dalam webinar bertajuk Memitigasi Risiko AMR di ICU melalui Komunikasi yang Optimal antara Nakes dan Keluarga Pasien ini turut mengundang Sarwendah, seorang ibu, publik figure serta pendamping patient advocate.

"Jangan panik, lakukan komunikasi dengan para tenaga kesehatan kalau ada yang tidak jelas atau tidak dimengerti," ucap Sarwendah.

Banyak cara yang dapat dilakukan untuk menghindari AMR tidak menyebar, diantaranya kesadaran antar pasien, keluarga pasien hingga tenaga kesehatan itu sendiri.

"Pasien yang sakit harus segera berobat dengan serius," ucap dr. Pratista atau kerap disapa dr. Toto.

"Juga pada keluarga pasien yang mengunjungi harus berhati-hati karena dapat menularkan kuman dunia luar ke dalam ICU," tambahnya.

Lebih lanjut, dr. Toto menjelaskan bahwa penggunaan antibiotik harus dilakukan secara lengkap, untuk mencegah resistensi terhadap obat-obatan di dalam tubuh.

Selain penggunaan antibiotik secara benar, hal lain yang dapat dilakukan adalah menggunakan masker saat mengunjungi pasien dan mencuci tangan dengan benar, hingga melakukan komunikasi bersama tenaga kesehatan yang menangani pasien.

"Dengan JitudiICU, kami berharap dapat memerangi penggunaan antibiotik yang tidak sesuai demi mengurangi risiko yang tidak diinginkan," tutup Nora T Siagian.

Editor
Komentar
Banner
Banner