bakabar.com, JAKARTA – Selama 29 tahun suku Batak harus hidup bersimbah darah dalam peperangan demi melepaskan diri dari penindasan Belanda.
Konflik tersebut muncul akibat perselisihan agama. Kala itu raja dari kerajaan Batak, Sisingamangaraja XII, telah memberi izin kepada Belanda untuk menyebarkan ajaran agama kristen kepada masyarakatnya.
Namun, Sisingamangaraja XII mengetahui bahwa pihak Belanda memiliki niat lain, yaitu untuk melakukan monopoli dengan memanfaatkan penyebaran agama sebagai sarana mengusai jalur dagang di daerah itu.
Akhirnya Raja Sisingamangaraja XII menolak penyebaran agama oleh Belanda. Hal ini juga didasari oleh adanya agama asli Batak yang ingin dipertahankan, yaitu Parmalim.
Namun, banyak misionaris Batak yang ternyata memiliki kedekatan dengan pemerintah Belanda. Hal itu yang kemudian membuat masyarakat semakin resah.
Baca Juga: Rapi Film Adaptasi Film Horor Turki Siccin, Siap Hantui Bioskop
Sejak saat itu, Raja Sisingamangaraja XII memerintahkan untuk melakukan pengusiran tehadap pihak-pihak yang memiliki keterikatan dengan pemerintah kolonial.
Para misionaris tidak terima dengan pengusiran tersebut, mereka kemudian meminta bantuan kepada Pemerintah Belanda.
Hingga akhirnya peperangan antara masyarakat Batak dengan pemerintah Belanda pada tahun 1877.
Diketahui sebelumnya Belanda sudah menguasai wilayah Sumatera Utara dan Aceh, namun Belanda ingin memperluas daerah jajahan mereka dengan menyerang Tapanuli.
Hal itu yang membuat pasukan kerajaan Batak semakin terdesak. Sisingamangaraja XII terpaksa untuk bertahan di daerah Pakpak dan Dairi.
Namun, pihak Belanda semakin gencar mendesak pasukan Sisingamangaraja XII dan membuat pertahanan di kedua daerah tersebut hancur.
Pada Mei 1907, pasukan Belanda yang dipimpin oleh Hans Christoffel semakiin gencar mencari Sisingamangaraja XII dan para pengikutnya yang masih tersisa.
Tapi, Christoffel justru gagal menangkap Sisingamangaraja namun berhasil menangkap istri, anak-anak, serta ibu dari sang raja..
Pada 17 Juni 1907, Belanda berhasil menaklukkan pasukan Sisingamangaraja di Dairi. Sisingamangaraja XII beserta ketiga anaknya gugur dalam pertarungan tersebut dan Belanda berhasil menduduki Tanah Batak.