Pakaian Adat Tanimbar

Pengamat Mode: Ada Pesan Jokowi di Pakaian Adat Tanimbar, Hati-hati Terhadap Ancaman!

Pilihan Presiden Jokowi untuk memakai pakaian adat Tanimbar, Maluku, bukan tanpa pesan.

Featured-Image
Presiden Jokowi dengan pakaian adat Tanimbar, Maluku di Sidang Tahunan MPR RI. Sumber: Antara

bakabar.com, JAKARTA - Pilihan Presiden Jokowi untuk memakai pakaian adat Tanimbar, Maluku, bukan tanpa pesan.

Ternyata ada makna tersirat dari motif yang ditampilkan pada pakaian adat Tanimbar yang dikenakan Presiden Joko Widodo saat Sidang Tahunan MPR RI di Senayan, Rabu (16/8).

Lisa Fitria, seorang pengamat mode dari Indonesian Fashion Chamber (IFC) menangkap pesan tentang sikap hati-hati melalui pakaian adat Tanimbar yang dikenakan Presiden Joko Widodo tersebut.

Presiden mengenakan kemeja putih dibalut selendang kain tenun yang menutupi bagian dada serta punggung dengan warna motif hitam, merah dan abu-abu.

"Kalau saya cermati ini motif tunis, dengan ciri khas anak panah tunggal dan kembar, menunjukkan bahwa masyarakat Tanimbar selalu berhati-hati dari ancaman," kata dia seperti dikutip dari Antara, Rabu (16/8).

Baca Juga: Sidang MPR-DPR, Jokowi Mencolok Berkostum Tanimbar Maluku

Menurut Lisa, makna berhati-hati dari ancaman ini mengingat kemungkinan adanya isu-isu yang ditebarkan pihak-pihak tak bertanggung jawab menjelang masa Pemilu pada tahun 2024 dan untuk itu Presiden ingin mengingatkan masyarakat agar bersikap hati-hati.

"Mungkin banyak isu-isu yang ditebarkan dari pihak tak bertanggung jawab untuk memecah belah, untuk kita mulai aware. Kita harus berhati-hati dari berbagai macam ancaman, bukan dari luar tetapi juga dari dalam," katanya menjelaskan.

Selain motif anak panah tunggal dan kembar, dia juga menemukan motif bunga anggrek pada bagian selendang kain yang dikenakan Presiden. Motif ini melambangkan keindahan, keuletan dan keagungan.

Pada bagian kepala, Presiden Jokowi mengenakan penutup kepala yang berhiaskan somalea atau hiasan dari bulu burung Cenderawasih yang telah dikeringkan. Hiasan ini pada masa lalu melambangkan keberanian, kebesaran dan keperkasaan seorang pemimpin atau pahlawan atau ketua adat.

Baca Juga: Baju Adat Dayak Iban Puan Maharani Bermotif Sakral, Dibuat Sejak 3,5 Bulan Lalu

Presiden juga mengenakan kalung dengan ornamen berbentuk lingkaran dengan warna emas di bagian dada yang melambangkan kebesaran sebagai seorang pemimpin. Pada masyarakat Maluku, kalung emas ini identik dengan raja atau ketua adat yang kharismatik dan dihormati.

"Kalung berwarna emas, bulat dan besar, sebagai penanda beliau ketua adatnya. Itu statement sekali karena zaman dulu raja dalam acara-acara memakai perhiasan salah satunya kalung, simbol kebesaran seorang raja," ujar Lisa menambahkan.

Presiden juga menggunakan sebuah kain berwarna hitam berfungsi sebagai sabuk pinggang, serta celana panjang hitam sebagai bawahan.

Dari sisi komposisi warna, dia melontarkan pujian. Unsur merah pada salah satu kain yang Presiden kenakan melambangkan keberanian, hitam menunjukkan kewibawaan dia sebagai pemimpin yang tegas, ditambah warna emas pada kalung sebagai simbol keagungan, kemegahan sebagai seorang pemimpin.

Lisa berpendapat pemilihan busana adat Presiden Jokowi tahun ini menarik seiring pesan yang ingin beliau tunjukkan yakni untuk mengingatkan bahwa Indonesia memiliki semboyan Bhineka Tunggal Ika sekaligus pengingat Indonesia tidak hanya memiliki Jawa tetapi juga belahan pulau lainnya.

Editor
Komentar
Banner
Banner