bakabar.com, RANTAU - Kepala Dinas Tenaga Kerja (Disnaker) Tapin, Hj Fauziah (55) pernah keliling berobat untuk menyembuhkan penyakitnya.
Pengalaman itu berawal pada 2016 silam. Ketika dia ikut pemeriksaan pada agenda penyuluhan terkait penyakit yang diderita wanita.
Dia terkejut dengan hasil pemeriksaan yang memperlihatkan terdapat benjolan pada bagian tubuhnya.
"Ada benjolan di payudara. Dari situ saya lakukan pemeriksaan lebih lanjut di RSUD Datu Sanggul Tapin untuk memeriksakan lanjut," kata Fauziah belum lama tadi.
Dokter dari RSUD Datu Sanggul menyatakan, Fauziah harus menjalani operasi pengangkatan benjolan itu dengan segera. Ada beberapa prosedur pengobatan yang dijelaskan dokter untuk penangananya.
Fauziah sempat bingung dengan perkiraan biaya yang bakal dikeluarkannya. Apalagi untuk operasi, dia dirujuk ke RSUD Ulin Banjarmasin.
Ditambah lagi dengan rangkaian pengobatan pascaoperasi. Yakni harus menjalani kemoterapi.
Beruntung Fauziah terdaftar sebagai peserta JKN-KIS. Dengan selembar kartu hijau yang digawangi BPJS Kesehatan itu, seluruh biaya penanganan hingga pengobatan sudah tercover.
“Alhamdulillah saya bisa fokus saja menjalani pengobatan tanpa memikirkan biaya," terang Fauziah.
Manfaat program JKN-KIS terus dirasakan Fauziah. Pascaoperasi, dia disarankan melakukan 6 kali kemoterapi.
Semua biaya masih ditanggung JKN-KIS. Sekalipun dia melakukan kemoterapi di Pulau Jawa dengan status kepesertaan dari luar daerah.
Dari 6 kali kemoterapi, 3 kali di antaranya dijalaninya di RS Kasih Ibu, Solo, Jawa Tengah (Jateng).
"Kebetulan bertepatan dengan jadwal untuk menjenguk anak saya yang menempuh pendidikan di Jawa. Maka saya mencoba agar kemoterapi bisa dilanjutkan saat menjenguk anak saya di Solo. Semua tidak ada kendala dalam mengakses layanan JKN-KIS," aku Fauziah.
Padahal, lanjut Fauziah, dia tidak membawa berkas BPJS Kesehatan miliknya untuk melakukan kemoterapi di RS Kasih Ibu.
"berkat koordinasi dengan pihak BPJS Kesehatan di Solo, dari data NIK saya kemudian bisa dilayani. Semua biayanya full ditanggung BPJS Kesehatan," terang Fauziah.
Tidak berhenti di situ. Usahanya mendapat kesembuhan, Fauziah menjalani lagi prosedur penyinaran di RS Ken Saras, Ungaran Jateng.
Di sana dia menjalani 30 kali penyinaran dengan semua pembiayaan yanga juga ditanggung JKN-KIS.
"Saya sempat tidak menyangka juga disini, karena RS Ken Sara situ kan swasta, ternyata bekerjasama dengan BPJS Kesehatan dan memberikan pelayanan dengan sangat baik kepada saya," terang Fauziah.
Setelah semua itu dilalui, Fauziah pun disarankan harus mengonsumsi obat hingga akhir 2022 nanti.
"Terima kasih, saya berharap agar BPJS Kesehatan dan JKN-KIS terus dapat meningkatkan pelayanan, serta bagi masyarakat jangan takut berobat dengan JKN-KIS karena nyata manfaatnya," kata Fauziah mengakhiri.