bakabar.com, BANJARBARU – Hingga hari ini, penerapan minyak goreng satu harga belum merata di Banjarbaru. Kalau pun ada, sudah menjadi barang langka.
Di sejumlah pasar tradisional, hampir tidak ditemui minyak goreng satu harga yakni Rp14 ribu per liter.
Kebanyakan pedagang mengatakan masih membeli dari sales dengan harga mahal. Alias tidak mendapat harga subsidi dari pemerintah. Berbeda dengan di ritel modern.
“Saya beli di sales Rp210 ribu per dus isi 6, minyak 2 liter,” kata pedagang di Pasar Bauntung Banjarbaru, Mahrus saat ditemui bakabar.com Rabu (16/4).
Dengan harga modal per liternya Rp17,5 ribu, katanya, ia dapat menjual paling murah Rp18 ribu per liter.
Jika diminta mengikuti pemerintah satu harga Rp14 ribu per liter, dirinya tidak dapat untung.
“Kalau dari salesnya segitu memang, kalau nanti dapat subsidi, kalau murah ya pasti saya jual murah,” ungkapnya.
Senada dengan Mahrus, pedagang migor lainnya di Landasan Ulin, Mira juga menjual dengan harga sama.
“Saya jual Rp18 ribu per liter. Memang itu paling murah, di tempat lain bisa sampai Rp20ribu per liternya,” ungkapnya.
Sedangkan migor satu harga di ritel modern saat ini terbilang langka ditemui.
Pantauan media ini, migor satu harga di sejumlah ritel modern di Landasan Ulin, tidak ada lagi alias kosong.
“Kosong mba, sudah lama kosong. Datang awal bulan tadi, setengah hari langsung habis,” ujar penjaga kasir yang enggan namanya dipublikasikan.
Ia sendiri mengatakan tidak tahu kapan akan restock lagi, yang jelas jika pun stok ready lagi. Migor akan ludes kurang dari sehari.
Begitupun keterangan pegawai di sejumlah ritel modern di pusat Kota Banjarbaru. Stok migor satu harga sudah habis.
“Minyak, gula habis gak tau kapan ada lagi,” kata Rafiqi.
Sama seperti di ritel modern di wilayah lainnya, di tempatnya juga ludes kurang dari satu hari.
“Kalau mulai dari siang, itu sore sudah habis,” ungkapnya.
Lantas, berapa dus migor disediakan?
“Sekitar 100 dus ada, tapi tetap aja cepat habis, karena murahkan,” tuntasnya.
Menurut salah satu ibu rumah tangga di Banjarbaru, migor satu harga itu langka. Dan jika ada, semisal di daerah Cempaka. Maka warga luar wilayah Cempaka akan ikut menyerbu. Karenanya cepat habis.
“Sekarang di mana ada migor Rp14ribu per liter, langsung didatangi orang meski jaraknya jauh,” kata Novi.
Kejadian itu katanya dialaminya sendiri. Ia pernah mendapati warga luar daerah ke wilayahnya hanya untuk beli migor satu harga.
“Sering nemui gitu, lagi ngantri kutanya dari mana, ya ternyata bukan orang wilayahku,” katanya.
Hal itu, sebutnya, sah-sah saja. Karenanya, sekarang ia pun ikut berburu ke luar wilayah jika ada informasi terkait migor satu harga.
“Saya jualan makanan, perlu minyak buat goreng. Jadi sekarang, kalau dengar di sana (luar daerah) ada, ya saya datangi,” tuntasnya.