bakabar.com, TASIKMALAYA – Ki Dalang Wawan Ajen tahu benar cara menghibur masyarakat Tasikmalaya. Teror dan hoak yang sedang melanda bangsa, disipkannya dengan apik dalam cerita pertempuran antara Pandawa dan Kurawa.
Lewat atraksinya, Ki Dalang Wawan Ajen bukan hanya memberi hiburan. Tetapi juga mengedukasi masyarakat. Khususnya untuk melestarikan Seni Wayang Golek.
Dalam pementasannya kali ini, Dalang Wawan mengangkat cerita Aji Narantaka. Dia tampil lugas dan simpel. Namun, tetap mengedepankan kesesuaian antara cerita dan nilai-nilai kehidupan.
Dan seperti biasa, Wawan Ajen menyisipkan daya tarik utamanya. Yaitu konsep pemanggungan wayang kekinian (milenial). Hal inilah yang membuat 'Wayang Ajen' menjadi tontonan yang lebih menarik.
“Panggung Wayang Ajen adalah destinasi pariwisata budaya. Tersaji atraksi yang lengkap dan apik sebagai paduan potensi kultur yang saling melengkapi,” terang Dalang Wayang Ajen Wawan Gunawan.
Pementasan Wayang Ajen dimulai pukul 19.30 WIB, di Lapangan Desa Singajaya, Kecamatan Cibalong, Tasikmalaya.
Ki Dalang menceritakan bagaimana kekuasaan Bangsa Kurawa. Di bawah kekuasaan Raja Astina Duryudana, yang disokong kroni-kroninya yang jahat, culas seperti Dursasana, Sengkuni dan Dorna, mereka selalu mencari celah untuk menghancurkan Pandawa dari Negeri Amarta.
Menariknya, lakon Suyudana dan Dursasana digambarkan sebagai penebar teror dan berita Hoax. Mereka menebar kebencian, menghujat Pandawa, memecah belah bangsa dan rakyatnya.
Sementara Ksatria Amarta putra Pandawa Bima, Yudistira, Arjuna, Nakula dan Sadewa, dibawah wejangan Prabu Kresna dan Semar selalu waspada. Mereka penuh dengan ketenangan dan kebajikan dalam menghadapi tantangan.
Diceritakan Prabu Kresna memberikan amanat dan mandat khusus pada Ksatria Gatutkaca. Tujuannya untuk menghadapi kekuatan Dursala.
Kesatria Gatutkaca dibantu Aji Narantaka, dari Guru sejatinya Resi Seta di Pertapan Cemara Tunggal Wirata, mampu menghadang kekuatan jahat Candrawira yang Dursala.
Sumber: travel.detik.com
Editor: Muhammad Bulkini