Tak Berkategori

Penduduk Miskin di Kaltim, Calon Ibu Kota RI Naik

apahabar.com, SAMARINDA – Jumlah penduduk miskin di Kalimantan Timur, calon ibu kota negara naik. Dari survei…

Featured-Image
Ilustrasi warga miskin. Foto-Istimewa

bakabar.com, SAMARINDA – Jumlah penduduk miskin di Kalimantan Timur, calon ibu kota negara naik.

Dari survei Badan Pusat Statistik (BPS) setempat pada September 2019 mengalami kenaikan 990 jiwa, dari 219.920 jiwa pada Maret naik menjadi 220.910 jiwa pada September.

“Jumlah penduduk miskin Kaltim secara absolut mengalami kenaikan, tapi berdasarkan persentase mengalami penurunan, dari 5,94 persen pada Maret 2019 menjadi 5,94 persen pada September di tahun yang sama,” ujar Kepala BPS Provinsi Kaltim Anggoro Dwitjayono di Samarinda, dilansir bakabar.com dari Antara, Rabu (15/1).

Kenaikan jumlah penduduk miskin sebanyak itu tersebar di daerah perkotaan dan perdesaan. Selama Maret hingga September 2019, jumlah penduduk miskin di daerah perkotaan naik 490 orang, dari 107.670 jiwa pada Maret menjadi 108.160 jiwa pada September, namun secara persentase turun 0,02 persen.

Sedangkan jumlah penduduk miskin di daerah perdesaan mengalami kenaikan sebanyak 500 jiwa, yakni dari 112.250 jiwa pada Maret, naik menjadi 112.750 jiwa di bulan September, namun secara persentase turun sebanyak 0,05 persen.

Jumlah penduduk miskin di daerah perdesaan masih lebih banyak ketimbang di perkotaan. Persentase penduduk miskin di daerah perdesaan pada September dan Maret masing-masing sebesar 9,26 persen dan 9,31 persen.

“Sedangkan di daerah perkotaan sebesar 4,29 persen pada September, kemudian sebesar 4,31 persen pada bulan Maret 2019,” tutur Anggoro.

Ia juga mengatakan bahwa jumlah penduduk miskin sangat dipengaruhi oleh Garis Kemiskinan (GK), karena penduduk miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran per kapita per bulan di bawah GK.

Sementara itu, selama Maret & September 2019 GK di Kaltim naik sebesar 4,85 persen, dari Rp609.155 per kapita pada Maret menjadi Rp638.690 per kapita pada September.

“Dengan memperhatikan komponen GK yang terdiri Garis Kemiskinan Makanan (GKM) dan Garis Kemiskinan Nonmakanan (GKNM), terlihat peranan komoditas makanan jauh lebih besar ketimbang komoditas bukan makanan seperti perumahan, sandang, pendidikan, dan kesehatan,” ucapnya. (Ant)

Baca Juga: Peduli Penghijauan, Polres PPU Tanam 5.000 Pohon

Baca Juga: Sampai Hari Ini, Tol Balsam Dipastikan Masih Gratis

Editor: Fariz Fadhillah



Komentar
Banner
Banner