bakabar.com, BANJARMASIN – Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur mengklaim jika warga Gunung Sekerat menginginkan keberadaan pabrik Semen.
Tiba di Desa Sekerat sekitar pukul 14.30, Wakil Gubernur Kaltim Hadi Mulyadi langsung bertemu dengan warga di Aula Kantor Desa Sekerat, Kecamatan Bengalon Kutai Timur, Senin (22/04).
Hadi turut didampingi Wakil Bupati Kutai Timur H Kasmidi Bulang beserta jajaran terkait dari OPD Pemprov Kaltim dan Pemkab Kutai Timur.
Dikutip bakabar.com di laman resmi Pemprov Kaltim, kunjungan kerja itu dilakukan untuk melihat langsung dan monitoring lokasi pembangunan pabrik semen. Tepatnya di kawasan Desa Sekerat dan Desa Selangkau. Sekaligus menyerap aspirasi masyarakat di kawasan tersebut.
Wagub Hadi Mulyadi menegaskan Pemprov Kaltim berusaha hadir untuk masyarakat. Dengan melakukan percepatan pembangunan di penjuru Kaltim. Tak terkecuali di Kutai Timur, tepatnya di Desa Sekerat dan Desa Selangkau, Kaliorang.
Membangun wilayah Kaltim yang sangat luas, menurut Hadi, tidak bisa hanya mengandalkan APBD ataupun APBN saja. Akan tetapi bisa menggunakan dana swasta melalui investasi.
Informasi yang dihimpun, Desa Sekerat dan Desa Selangkau ini merupakan dua desa yang berada di kawasan Gunung Sekerat.
Di mana Pemerintah Provinsi Zhejiang – Tiongkok melalui HongShi Holding berkeinginan untuk berinvestasi membangun pabrik semen di kawasan dua desa tersebut.
“Siapapun atau dari manapun yang akan investasi di wilayah Gunung Sekerat ini jika tidak sesuai dengan wawasan lingkungan maka kita akan larang,” kata Hadi.
“Namun jika benar berwawasan lingkungan, maka kita akan menerima investasi tersebut,” sambungnya yang disambut riuh tepuk tangan warga Desa Sekerat.
Selanjutnya, politikus PKS itu beserta rombongan ikut menemui warga Desa Selangkau, Kaliorang yang berjarak kurang lebih 11 kilometer dari Desa Sekerat.
Sama halnya dengan pertemuan sebelumnya, menurut pihak Pemprov Kaltim, mayoritas warga sangat ingin pembangunan pabrik semen dipercepat.
Baca Juga: Walhi: Kehancuran Karst Sangkulirang di Depan Mata
Baca Juga:Gubernur Tak Bergeming, Aliansi Peduli Karst Serukan Tolak Pabrik Semen Jilid II
Harapannya bisa meningkatkan perekonomian dan kesejahteraan masyarakat. Dengan terbukanya lapangan kerja dan akses jalan di lingkungan mereka.
“Yang jelas tidak mengganggu aliran air yang menjadi sumber air baku KEK Maloy Batuta Trans Kalimantan dan lingkungan desa sekitar,” jelasnya.
“Pasti adanya transfer knowledge kepada masyarakat. Jika jadi nantinya kita rekomendasikan namanya pabrik semen SS (Sekerat Selangkau). Karena memang wilayah pabriknya di antara Desa Sekerat dan Selangkau,” ucap Hadi di hadapan warga Desa Selangkau.
Pernyataan Hadi turut diamini Kasmidi Bulang. Wabup Kutim menyampaikan Pemkab maupun masyarakat sudah menantikan investasi yang mampu meningkatkan taraf hidup masyarakat di kawasan Gunung Sekerat.
“Di Kutai Timur tidak ada masalah. Masyarakat menerima bahkan ingin cepat dibangun pabrik semen tersebut. Namun tentunya yang berwawasan lingkungan dan benar-benar memperhatikan masyarakat dilingkungan sekitarnya,” kata Kasmidi, dikutip bakabar.com dari laman yang sama.
Gubernur Kaltim Isran Noor juga pernah menegaskan pembangunan pabrik semen yang meliputi dua kabupaten (Kutai Timur dan Berau) tidak mengenai atau mengganggu kawasan Karst Sangkulirang-Mangkalihat. Kawasan yang dianggap memiliki cagar budaya pra-sejarah dan sumber air bagi masyarakat.
Hal itu disampaikan Isran setelah mendengar aspirasi ratusan pedemo yang disebut mengatasnamakan Lingkar Studi Kerakyatan (LSK) dan Aliansi Masyarakat Peduli Karst (AMPK) Kaltim di depan Kantor Gubernur Kaltim, Jalan Gajah Mada Samarinda, Senin, 25 April. Demo yang dilakukan melibatkan puluhan bahkan ratusan elemen organisasi mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi di ibu kota Benua Etam.
Isran mengaku sangat memahami apa yang disampaikan para pedemo. Karena, yang dimaksud para pedemo itu menurutnya ada di Kecamatan Sandaran Kutai Timur.
Jadi, kata dia, bukan daerah yang akan dibangun pabrik semen oleh korporasi asal Tiongkok HongShi Holding Groups Co Ltd.
"Bukan di situ pabrik semen akan dibangun. Bukan di Karst. Karst ada di Sandaran," kata Isran Noor dikutip dari laman resmi Pemprov Kaltim, Selasa (26/3).
Investasi pembangunan pabrik akan mencapai hingga USD2 miliar. Melihat presentasi pihak pengusaha semen asal Tiongkok itu disebutnya pembangunan pabrik sangat ramah lingkungan atau nol debu (zero dust).
Isran menyebutkan pengusaha asal Tiongkok akan menjalin kerja sama dengan PT Kobexindo yang lebih dulu mendapat izin industri di kawasan itu. Izin diperoleh di era kepemimpinan Gubernur Kaltim Awang Faroek Ishak.
Baca Juga: Klaim Gubernur Soal Pabrik Semen Tak Ganggu Karst Dinilai Sesat!
Baca Juga: Gubernur Isran Sebut Pabrik Semen Bukan di Kawasan Karst
"Izinnya tentu menggunakan izin yang lama. Ketika era Gubernur Awang Faroek Ishak. Kawasan yang akan dimanfaatkan sekitar 800 hektar. Yang jelas, pabrik semen bukan di Karst Sandaran," jelasnya.
Sampai kini, AMPK dan organisasi lingkungan hidup di belakangnya, kukuh menolak keberadaan pabrik semen.
Rencananya, pabrik berkapasitas 8 juta ton/tahun akan dibangun di kawasan Sekerat, Kutai Timur (Kutim).
Sinyal dibangunnya pabrik semen ditandai dengan pertemuan antara Pemprov Kaltim dengan pemerintah provinsi Zheijang dan perusahaan Hongsi Holding Group Ltd, Jumat 15 Maret 2019.
Di ruang rapat Tepian 2 Lantai II Kantor Gubernur Kaltim, perusahaan asal China itu mempresentasikan rencana pembangunan pabrik semen.
Untuk diketahui Hongsi Holdings merupakan perusahaan semen asal Cina yang siap menginvestasikan sekitar USD 1 miliar atau setara dengan Rp14 triliun.
Informasi dalam rapat, lahan yang akan dikembangkan untuk industri semen tahap awal seluas 100 hektare. Ke depan bisa dikembangkan hingga 300 ha atau lebih.
Di negara lain, nilai investasi Hongshi Holdings untuk pabrik semen di negara lain maksimal bisa mencapai USD 2,1 miliar atau setara dengan Rp29,9 triliun. Salah satu contoh negara tempat Hongshi Holdings beroperasi adalah Laos.
Organisasi di belakang AMPK, semisal Walhi, menilai pernyataan Gubernur Isran adalah sesat. Menurut Wahyu Perdana Manajer Kampanye Pangan, Air, dan Ekosistem Esensial Eksekutif Nasional Walhi, bentang alam karst tidak dibatasi oleh batas administrasi kabupaten/ kota.
"Ini jelas menunjukkan ketidakpahaman pemerintah terhadap ekosistem karst," jelas dia.
"Kerusakan pada satu bentang alam karst pada satu lokasi di satu kawasan akan berakibat pada perubahan aliran sungai bawah tanah," jelas Wahyu.
Selain ada sejumlah hal mendasar dalam pernyataan Isran yang menurut Walhi menyesatkan. Karst Sangkulirang sendiri dikenal memiliki karakteristik relief dan drainase yang khas.
Baca Juga: Aliansi Masyarakat Peduli Karst Tolak Pabrik Semen di Kaltim
Baca Juga:Clear, Polemik Amdal PT AGM Pemprov Sebut Kesalahan Pemrakarsa
Klaim bahwa pabrik semen tidak berdampak pada kawasan karst dinilai juga mengabaikan fakta bahwa bahan baku utama semen adalah batu gamping atau kapur.
Umum diketahui batu gamping atau kapur diperoleh dengan cara menambang, mengupas tanah, meledakan batuan, dan memecah pecahan sampai hancur. Dalam kondisi tak terganggu, batu gamping mampu menyerap air hujan 54 mm/jam.
"Sedangkan daya serap karst pada bekas tambang yang tidak direklamasi, hanya 1 mm per/jam," tuturnya.
Rusaknya ekosistem karst diyakini akan meningkatkan ancaman krisis air, termasuk ancaman kekeringan dan banjir. Kondisi Kaltim saat ini juga sudah krisis ruang hidup.
Kedua, soal klaim pabrik semen yang dibangun ramah lingkungan dan zero dust.
"Klaim ini paling tidak berdasar," jelasnya.
Dia mengingatkan jika industri semen merupakan penyumbang karbon terbesar. Tercatat industri semen sebagai penyumbang emisi karbon terbesar mencapai 48% (Laporan Investigasi Gas Rumah Kaca KLHK, 2014).
Industri semen, sebutnya, berpotensi menyumbang pencemaran udara terbesar, karena memproduksi Sulfur Dioksida (SO2), Nitrogen oksida (Nox), Karbon Monoksida (CO), serta debu dan Karbon Dioksida (CO2). Di sisi lain, pada karst Sangkulirang Mangkalihat, serapan karbon organik sebesar 6,21 juta ton CO2/tahun dan serapan karbon inorganic sebesar 0,18 juta ton CO2/tahun.
Ketiga, klaim mantan bupati Kutim itu ihwal penyerapan ribuan tenaga kerja. Sebagai perbandingan, dalam analisis dampak lingkungan (Amdal) PT Semen Indonesia tercatat hanya menyerap 356 tenaga kerja.
"Dari sisi ekonomi perkembangan Industri semen yang mengalami stagnasi karena over supply juga secara langsung ataupun tidak akan mengancam keberlanjutannya," jelasnya.
Faktanya, Walhi mengutip data proyeksi Asosiasi Semen Indonesia (Asosiasi Semen Indonesia, Oktober 2017), kapasitas mill industri semen yang ada saat ini mencapai 107.971480 ton. Sedang, proyeksi konsumsi semen domestik hanya mencapai 65,1 Juta ton.
Menurutnya, angka proyeksi ini masih lebih besar dibanding realisasi kebutuhan semen hingga Agustus 2017, sebesar 41.128.780 ton.
"Sayangnya klaim bahwa kebutuhan semen untuk pembangunan infrastruktur juga tidak berdasar, faktanya 75% konsumsi semen digunakan untuk kepentingan retail (masyarakat)," jelasnya.
Baca Juga:Kaltim Jadi Percontohan Penurunan Emisi Deforestasi dan Degradasi Hutan
Baca Juga:AMPK-Walhi Kecam Tindakan Represif Aparat Saat Demo Tolak Pabrik Semen
Editor: Fariz Fadhillah