Nasional

Peduli Kearifan Lokal Banjar, Prodi Matematika FKIP ULM Beri Pelatihan Etnomatematika untuk 37 Guru

MGMP Matematika tingkat SMP se-Kota Banjarmasin diberikan pelatihan mengenai cara mengembangkan soal berbasis 'etnomatematika di lingkungan lahan basah'.

Featured-Image
Sebanyak 53 guru yang tergabung dalam MGMP Matematika tingkat SMP se-Banjarmasin mengikuti pelatihan pengembangan soal berbasis etnomatematika yang digelar oleh Prodi Matematika FKIP ULM. Foto-Prodi Matematika FKIP ULM.

bakabar.com, BANJARMASIN - Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) Matematika tingkat SMP se-Kota Banjarmasin diberikan pelatihan mengenai cara mengembangkan soal berbasis 'etnomatematika di lingkungan lahan basah'.

Pendampingan dan pelatihan ini dilakukan oleh tim Pengabdian kepada Masyarakat (PkM) Program Studi (Prodi) Pendidikan Matematika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Lambung Mangkurat (ULM) dari Sabtu (19/8) hingga Minggu (10/9) nanti.

Koordinator Prodi Pendidikan Matematika FKIP ULM, Noor Fajriah menjelaskan, kegiatan pendampingan kepada 37 guru matematika ini merupakan bentuk pelaksanaan Tri Darma Perguran Tinggi, yang mana salah satu poinnya adalah pengabdian kepada masyarakat.

"Pengabdian merupakan bagian pelaksanaan Tri Dharma Perguruan Tinggi, yang rutin dilaksanakan Prodi Pendidikan Matematika tiap tahunnya," kata Noor Fajriah, yang sekaligus Ketua PkM Prodi Pendidikan Matematika FKIP ULM itu.

Kali ini, kata Fajriah, tim PkM Prodi Pendidikan Matematika FKIP ULM berfokus terhadap topik peningkatan literasi terhadap kearifan lokal, yaitu kebudayaan sungai dimana hal tersebut sesuai dengan visi ULM, yaitu "terwujudnya ULM sebagai Universitas terkemuka dan berdaya saing di bidang lingkungan lahan basah".

"Kearifan lokal menjadi penting karena era globalisasi dapat mempengaruhi suatu daerah, sehingga budaya setempat mulai tidak diperhatikan. Hal ini sangat memprihatinkan karena jika masyarakat di daerah tersebut tidak mengetahui budayanya maka ada kemungkinan tidak akan mengenal dan mencintai daerahnya. Salah satu cara budaya lokal dapat terus dilestarikan adalah dengan memperkenalkan budaya kepada masyarakat," ungkap Fajriah.

Pendidikan, lanjut Fajriah, merupakah salah satu tempat yang dapat menyebarkan informasi mengenai kearifan daerah kepada peserta didik.

"Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang dapat dihubungkan dengan budaya lokal, dengan istilah etnomatematika," tekannya.

Etnomatematika mencakup ide-ide matematika, pemikiran dan praktik yang dikembangkan oleh semua budaya.

Soal berbasis etnomatematika dapat menjadi salah satu alternatif dalam mengatasi kesulitan belajar peserta didik dan dapat menambah motivasi serta minat belajar peserta didik.

Diharapkan, etnomatematika dapat diterapkan lebih lanjut berdasarkan budaya-budaya lokal yang ada di sekitar peserta didik, terutama budaya-budaya konteks lahan basah yang banyak terdapat di Kota Banjarmasin.

Salah satu persoalan yang terjadi, guru matematika SMP di Kota Banjarmasin belum ada yang mengembangkan soal dengan memanfatkan etnomatematika lingkungan lahan basah di sekitarnya sebagai konteks dalam menanamkan konsep matematika dalam pembelajaran.

"Belum ada dari guru matematika di Banjarmasin yang secara khusus membahas satu pokok bahasan yang berbasis etnomatematika lingkungan lahan basah sebagai penggalian kearifan lokal di daerahnya. Kendala yang dihadapi guru dalam menyusun soal berbasis etnomatematika di lingkungan lahan basah adalah waktu dan bimbingan," jelasnya.

Oleh karena itu, kata dia, pendampingan ini dilakukan. Diharapkan, guru-guru ini bisa mengembangkan soal berbasis etnomatematika. Sehingga pengembangan soal berbasis etnomatematika ini akan diajarkan para guru ke peserta didik, dan bisa meningkatkan literasi siswa terhadap kearifan lokal di daerahnya.

"Dengan etnomatematika mampu menjembatani antara matematika yang menghubungkan dengan kebudayaan sekitar. Kekhasan budaya masyarakat Banjar didominasi kebudayaan sungai. Oleh karena itu, diharapkan guru dalam membuat soal dikaitkan dengan lingkungan sekitar sehingga soal bisa diarahkan ke soal problem solving berbasis etnomatematika," ujarnya.

Noor Fajriah (kiri) dan Yuni Suryaningsih saat memberikan materi pada pertemuan tatap muka. Foto: Prodi Matematika FKIP ULM.
Noor Fajriah (kiri) dan Yuni Suryaningsih saat memberikan materi pada pertemuan tatap muka. Foto- Prodi Matematika FKIP ULM

Dalam pertemuan secara tatap muka, materi pelatihan pertama diberikan oleh Yuni Suryaningsih.

Materinya, tentang pengenalan penelitian pengembangan untuk penyusunan soal matematika berbasis etnomatematika.

Adapun jenis model pengembangan yang disampaikan, yaitu model pengembangan Plomp, Tessmer, 4-D, dan ADDIE.

Yuni menjelaskan, untuk pengembangan soal dilakukan secara bertahap disesuaikan dengan langkah-langkah penelitian pengembangan sehingga diharapkan dapat menghasilkan prototipe soal berbasis etnomatematika lingkungan lahan basah yang layak.

Selain itu juga ditampilkan contoh instrument penelitian yang digunakan dalam pengembangan soal.

"Diharapkan dengan adanya contoh tersebut, guru matematika terarah dan termotivasi untuk membuat produk yang serupa disesuaikan dengan kebudayaan di Kota Banjarmasin," terang Yuni.

Materi berikutnya, dilanjutkan langsung oleh Fajriah. Pada kesempatan itu, dia memberikan soal berbasis etnomatematika di lingkungan lahan basah.

Fajriah juga menyampaikan tahapan dalam pengembangan soal, diantaranya yaitu: (1) tetapkan tujuan mengkonstruksi soal; (2) eksplorasi etnomatematika di lingkungan lahan basah; (3) membuat kisi-kisi soal; (4) menyusun draf soal; (5) memvalidasi soal. Selain itu, dia juga menampilkan contoh-contoh soal berbasis etnomatematika di lingkungan lahan basah.

Di sela kegiatan itu, Tim PkM juga mensosialisasikan visi keilmuan Prodi Pendidikan Matematika kepada peserta, agar dikenal banyak kalangan.

Para peserta yang terdiri dari guru matematika SMP di Kota Banjarmasin antusias menerima materi yang diberikan mengingat para guru sebelumnya belum pernah mengikuti pendampingan terkait penyusunan soal berbasis etnomatematika dalam rangka meningkatkan wawasan kearifan lokal guru matematika MGMP SMP di Kota Banjarmasin.

Ketua MGMP Kota Banjarmasin, Haji Ahmad menyampaikan, harapan bahwa kerjasama seperti ini bisa dilanjutkan lagi untuk kegiatan pengabdian selanjutnya.

Kegiatan ini akan terus berlanjut secara daring dengan metode asinkronus, yaitu para guru didampingi dalam penyusunan soal serta validasi soal.

Adapun rencana kegiatan yang dilaksanakan selama pendampingan ini, yaitu: peserta diminta untuk melakukan eksplorasi etnomatematika dalam rangka penyusunan soal (26/8), peserta diminta membuat kisi-kisi soal serta konstruksi soal (26/8) sampai (2/9).

Kemudian, peserta diminta dalam menyusun soal tersebut dikerjakan berkelompok sesuai pembagian kelompok yang telah diberikan (2/9) sampai (3/9).

Setelah soal selesai disusun, selanjutnya peserta diminta untuk memvalidasi soal ke tim PDWA Prodi Pendidikan Matematika FKIP ULM pada (10/9). (*)

Suasana pelatihan secara tatap muka yang digelar Prodi Matematika FKIP ULM. Foto:Prodi Matematika FKIP ULM.
Suasana pelatihan secara tatap muka yang digelar Prodi Matematika FKIP ULM. Foto-Prodi Matematika FKIP ULM.
Editor


1 Komentar
Banner
Banner