bakabar.com, JAKARTA - Kapolri Listyo Sigit resmi memutasi Kapolda Kalteng Irjen Pol Nanang Avianto di tengah konflik maut Bangkal Seruyan.
Perpindahan Irjen Nanang sebagai Kapolda Kaltim tak ubahnya promosi.
Nama Irjen Nanang hari-hari ini hangat diperbincangkan publik. Apalagi kalau bukan imbas pecahnya bentrokan maut di Desa Bangkal, Seruyan, Kalimantan Tengah, 7 Oktober.
Bentrokan tersebut menewaskan seorang warga pedemo bernama Gijik sedang dua lainnya luka berat. Gijik tewas dengan sebuah proyektil masih bersarang di dadanya. Dua korban lainnya masih menjalani perawatan intensif. Bahkan sampai harus dirujuk ke Banjarmasin.
Baca Juga: Buntut Kericuhan Demo di Seruyan, Polda Kalteng Periksa Puluhan Personel
Kendati begitu, Polda Kalteng di bawah komando Nanang belum menetapkan tersangka. Hanya surat telegram mutasi atau rotasi jabatan dari Kapolri Listyo Sigit yang keluar. Isinya, 'mempromosikan' Irjen Nanang ke daerah tetangga.
"Kalau hanya dipindahkan, itu jelas tidak menyelesaikan masalah [Seruyan]. Apalagi ke Kaltim, ini tak ubahnya promosi," kata akademisi hukum Universitas Mulawarman, Herdiansyah Hamzah, Minggu (15/10/2023).
Baca Juga: Jalani Operasi, Jenis Peluru di Pinggang Korban Konflik Bangkal Seruyan Belum Diketahui
Nanang, kata Castro -sapaan Herdiansyah- lebih pas untuk di-nonjob-kan. Agar tidak memantik konflik kepentingan dalam proses penyidikan kasus Seruyan.
"Tidak mungkin objektif kalau yang bersangkutan tetap diberikan jabatan," jelasnya.
Kapolri, kata Castro, harus menindak anggotanya yang bersalah. Sesegera mungkin. Tanpa pandang bulu.
"Polri jangan terkesan hendak melindungi anggotanya dengan tetap 'menghadiahi' jabatan baru," pungkas Castro.
Senada, Peneliti dari Institute for Security and Strategic Studies (ISESS) Bambang Rukminto sepakat mutasi Nanang tak ubahnya promosi. Apalagi Kaltim baru saja ditunjuk sebagai ibu kota negara baru.
Sebelum ada penyamaan tipe Polda, Polda Kaltim adalah tipe A yang dipimpin seorang polisi berpangkat bintang dua atau inspektur jenderal (irjen). Sedangkan Polda Kalteng tipe B dipimpin seorang brigadir jenderal bintang satu.
Baca Juga: Polisi Tembak Mati Warga di Seruyan, DPR: Pelanggaran HAM Berat!
Setidaknya sama-sama bertipe A yang dipimpin bintang dua, perbedaan dua Polda tersebut hanyalah terkait cakupan luas wilayah, jumlah SDA maupun SDM-nya.
Tipe-tipe Polda tersebut mengacu geografi berupa luas wilayah maupun SDA, demografi berdasar jumlah SDM, maupun sosial ekonomi. Namun sejak penyamaan tipe Polda 18 Desember 2018, semua Polda digolongkan tipe A dan dipimpin bintang 2.
Baca Juga: Komnas HAM Selidiki Kejadian Polisi Tembak Mati Warga Seruyan Kalteng
Dengan ditunjuk sebagai IKN, jelaslah Kaltim lebih strategis dibanding Kalteng. Karenanya, Rukminto melihat mutasi Nanang sebagai cerminan minor manajemen SDM Polri yang masih jauh dari profesional.
"Ini lebih pada bagi-bagi jabatan saja pada orang-orang tertentu yang jauh dari kultur profesional melalui meritsystem," jelasnya.
Nanang merupakan alumnus akademi kepolisian (akpol) 1990. Sedangkan Sigit alumnus akpol 1991. Lantas sejauh mana relasi ini memengaruhi promosi Nanang?
Mengacu surat telegram yang ditandatangani Wakapolri Agus Andrianto, gerbong mutasi kali ini memang banyak diisi oleh senior Sigit. Selain Nanang, ada nama besar lainnya seperti Imam Sugianto. Jebolan akpol 90 itu kini menjabat kapolda Jatim.
Selain Nanang dan Imam, ada nama Yan Sultra. Jenderal bintang dua itu diangkat menjadi wakil inspektorat pengawasan umum setelah sebelumnya menjabat kapolda Bangka Belitung.
"Indikasinya demikian [masih mengakar kuatnya faktor kakak asuh senioritas] lihat saja nama-nama personel di telegram yang ditandatangi wakapolri," jelas Rukminto.