Umat Buddha

Pabajja Samanera, Tradisi Umat Buddha Melepaskan Keduniawian

Pabajja Samanera adalah cara untuk melatih umat Buddha mempraktekkan kehidupan meninggalkan keduniawian.

Featured-Image
Pabajja Samanera di Candi Borobudur (Apahabar.com/Arimbihp)

bakabar.com, MAGELANG - Pabajja Samanera adalah cara untuk melatih umat Buddha mempraktikkan kehidupan meninggalkan keduniawian.

Umat Buddha melakukan Pabajja dengan keyakinan bisa memperoleh ketenangan hidup di dunia maupun akhirat. Pabbajja dalam literatur Pali mengacu pada tindakan meninggalkan kehidupan berumah menuju kehidupan tanpa rumah.

Pabajja Samanera diawali dengan melakukan pencukuran rambut calon Samanera yang mengikuti program Pabbajja

Kegiatan tersebut digelar pada Minggu, (17/12) di Candi Borobudur, Jawa Tengah dengan total peserta 500 orang Samanera.

Rangkaian prosesi upacara potong rambut dilakukan oleh orang tua serta perwakilan keluarga.

Tak cuma rambut kepala yang dicukur, alis dan kumis juga wajib dibersihkan oleh para peserta.

"Gunting dan sisirnya wajib bawa sendiri dari rumah, kemudian potongan rambut diletakkan di atas daun teratai," kata keluarga peserta Pabajja, Sisil (40) di Candi Borobudur, Minggu (17/12).

Sebagai informasi, daun teratai dalam kepercayaan Buddha diyakini sebagai simbol kesempurnaan nirwana.

Setelah keluarga, prosesi mencukur rambut kemudian dilanjutkan beberapa Bhikkhu.

Sisil menuturkan, rambut dalam kepercayaan Buddha adalah simbol mahkota kehidupan manusia.

"Maka barangsiapa mencukur rambutnya, berati telah melepaskan keduniawian untuk menjalankan Dhamma dan Vinaya mengikuti jejak Sang Buddha," bebernya.

Setelah upacara mencukur rambut, masih ada serangkaian acara lain yang digelar yakni Pradagsina dan Pentahbisan Samanera.

Editor
Komentar
Banner
Banner