"Herlan mengamuk," ujar istri Herlan kepada Didi yang saat itu sedang asyik mencabut uban di pintu rumahnya.
Rumah keduanya hanya terpisah oleh jalan. Hanya saja, rumah Didi agak menjorok ke dalam.
Tak lama berselang, datang Herlan dengan parang terhunus. Gelagatnya seperti orang mabuk.
"Sudah jangan ribut-ribut, malu dilihat tetangga," ujar Didi seraya menenangkan Herlan.
Tak disangka, Herlan menebaskan parangnya ke tengkuk belakang leher, pinggang, hingga bahu Didi.
Usai menghabisi Didi, Herlan kembali pulang. Berselang kemudian, jejaknya menghilang di hutan belakang rumahnya.
Sementara, Didi tergeletak bersimbah darah. Teriakan istri Didi lalu menggegerkan warga yang sedang menggelar hajatan pernikahan tak jauh dari TKP.
Seorang warga yang berada di hajatan pernikahan sempat berpapasan dengan Herlan.
Kala itu Herlan berkata, "Ayo dan lihat, Didi sudah kubunuh."
Didi sejatinya sempat dilarikan warga ke puskesmas terdekat. Nahas, nyawanya tidak tertolong lantaran kehabisan darah.
Selama hidup, Didi dikenal tidak pernah berbuat onar. Lain halnya dengan Herlan yang dikenal suka menantang berkelahi warga jika sedang mabuk.
Perangai buruk tersebut diperkuat dengan status Herlan yang merupakan seorang residivis.
2011 silam, Herlan membunuh seorang warga bernama Mansyah saat bekerja sebagai pendulang emas di Hampang, Kotabaru.
Saat itu, Herlan dituduh korban dan keempat rekannya mencuri sebuah dompet di warung kopi.
Herlan yang dikeroyok keempatnya berhasil selamat. Saat diamankan di kediamannya, polisi menemukan Herlan dalam keadaan bersimbah darah dengan 17 mata luka di sekujur tubuhnya.
Selesai menjalani hukuman penjara di Lapas Kotabaru, dua tahun kemudian Herlan kembali muncul di Desa Gambah. Ia lalu mempersunting seorang perempuan asal Amuntai, HSU.
Demi mencukupi kebutuhan sehari-harinya, Herlan bekerja serabutan. Kadang menjadi tukang bangunan, kadang lagi pemetik buah kelapa.
Hari ke-28 buron usai membunuh Didi, Herlan dikabarkan terlihat keluar dari hutan persembunyiannya.
Namun saat ditelusuri, warga tak mau banyak berbicara. Diduga kuat mereka takut, kali terakhir Herlan terlihat menenteng senjata tajam.
Lokasi kemunculan Herlan berada di Desa Aluan atau sekitar 10 menit dari Desa Gambah. Antara Gambah dengan Aluan hanya dihelat kebun, semak belukar atau persawahan.
Desa Aluan cukup memungkinkan bagi Herlan ke mana pun bersembunyi. Misalnya ke Kecamatan Batang Alai Selatan maupun ke Hantakan. Daerah ini masih dikelilingi hutan, kebun dan sawah. Sebagiannya juga sepi penduduk.
Humas Polres HST, Aipda M Husaini, lewat media ini, meminta warga tidak usah kuatir. Termasuk tidak segan melapor jika melihat Herlan. Kendala utama dalam perburuan Herlan adalah luasnya medan pencarian.
"Kami selalu melakukan pencarian, dan menyisir daerah-daerah kemungkinan terduga pelaku ini bersembunyi," ujar Husaini.
Desember 2021, pucuk pimpinan Polres HST beralih dari AKBP Danang ke AKBP Sigit Hariyadi. Dalam jumpa pers akhir tahun, Sigit berkomitmen untuk terus melanjutkan pencarian Herlan. Sigit kemudian membeberkan sederet kendala utama.
"Mata-matanya banyak. Jadi ketika kita masuk sudah ada informasi. Karena dukungan berbagai pihak tadi kuat sekali. Namun kami akan tetap melakukan upaya maksimal untuk meringkus pelaku terkait kasus 351 [penganiayaan] ini," tutup Sigit.