Makin Melek Digital

Nobar Literasi Digital di SD Muara Enim Bahas Internalisasi Nilai Pancasila 

Kementerian Komunikasi dan Informatika RI (Kemenkominfo) kembali menggelar program literasi digital nasional sektor pendidikan wilayah S

Featured-Image
Kemenkominfo kembali menggelar program literasi digital nasional sektor pendidikan wilayah Sumatera bagi siswa/siswi SD di Kabupaten Muara Enim, Provinsi Sumatera Selatan.

bakabar.com, JAKARTA - Kementerian Komunikasi dan Informatika RI (Kemenkominfo) kembali menggelar program literasi digital nasional sektor pendidikan wilayah Sumatera bagi siswa/siswi SD di Kabupaten Muara Enim, Provinsi Sumatera Selatan.

Kegiatan secara nonton bareng (nobar) ini mengangkat tema “Internalisasi Nilai Pancasila di Ruang Digital” dan telah berlangsung pada Senin (17/7) pukul 09.00-11.00 WIB.

Program literasi digital yang diselenggarakan oleh Kemenkominfo bertujuan untuk memberikan literasi digital kepada 50 juta orang masyarakat Indonesia hingga tahun 2024 menuju Indonesia #MakinCakapDigital. Kegiatan digelar dalam rangka meningkatkan kemampuan masyarakat dalam memanfaatkan teknologi digital secara positif, produktif, dan aman.

Berdasarkan laporan We Are Social, jumlah pengguna internet di Indonesia pada Januari 2022 mencapai 204,7 juta orang atau meningkat 2,1 juta dari tahun sebelumnya. Di mana 191,4 juta penggunanya menggunakan media sosial.

Namun, penggunaan internet tersebut membawa berbagai risiko, karena itu peningkatan penggunaan teknologi internet perlu diimbangi dengan kemampuan literasi digital yang baik agar masyarakat dapat memanfaatkan teknologi digital dengan bijak dan tepat. 

Hasil survei Indeks Literasi Digital Nasional yang dilakukan oleh Kemenkominfo bersama Katadata Insight Center (KIC) didapatkan skor atau tingkat literasi digital masyarakat Indonesia pada tahun 2022 berada pada angka 3,54 poin dari skala 1-5. Hasil ini menunjukkan bahwa tingkat literasi digital di Indonesia masih berada dalam kategori sedang. 

Direktur Jenderal Aplikasi Informatika (Dirjen Aptika) Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo), Semuel Abrijani Pangerapan menilai indeks literasi digital Indonesia belum mencapai kategori baik.

“Angka ini perlu terus kita tingkatkan dan menjadi tugas kita bersama untuk membekali masyarakat kita dengan kemampuan literasi digital,” katanya melalui virtual. 

Kegiatan nonton bareng (nobar) dengan jumlah siswa 15.000 tersebut menyuguhkan materi yang didasarkan pada empat pilar utama Literasi Digital yakni kecakapan digital, etika digital, budaya digital, dan keamanan digital.

Program lliterasi digital diisi oleh beragam narasumber berkompeten di bidangnya.
Program lliterasi digital diisi oleh beragam narasumber berkompeten di bidangnya.

Dalam kegiatan tersebut menampilkan sejumlah narasumber, narasumber pertama yakni seorang Dosen, Writerpreneur, dan Entrepreneur, Dian Ikha Pramayanti, SP.t., M.Si, membawakan materi budaya digital. Pancasila dan Bhineka Tunggal Ika menyatukan berbagai macam perbedaan budaya di Indonesia. Dian menyebut bahwa kompetensi budaya digital meliputi pengetahuan dasar akan nilai-nilai Pancasila, cakap digital dengan membuat konten mengenai budaya Indonesia, mencintai produk dalam Negeri, dan menghargai hak-hak digital orang lain. 

“Kalau mau komentar julid tahan, mau membagikan hal-hal yang hoaks tahan, karena ini akan menjadi konflik, tidak sesuai dengan nilai Pancasila yang mengajarkan cinta kasih, saling percaya, toleransi, jangan membuat konten-konten yang dapat menimbulkan perpecahan SARA, itu sensitif sekali," jelasnya. 

Ia mengingakan mengenai cinta kasih. Yang keduanya kemanusiaan yang adil dan beradab. Nilai utamanya adalah kesetaraan.

"Dan yang kita hadapi di dunia digital adalah manusia, bukan robot, ingat, kalau kita posting yang baca adalah orang, tidak mungkin kita tidak berinteraksi di ruang digital, jadi manusiakan manusia di ruang digital," jelasnya.

Maksudnya, jangan sampai menyinggung. Ingat sila ketiga persatuan Indonesia, intinya adalah harmoni.

"Di mana kita mengutamakan kepentingan Indonesia di atas kepentingan pribadi dan golongan, jadi kalau adik-adik di sebuah sekolah, sama-sama kita mengerjakan piket bareng, jangan egois," jelasnya. 

"Jika di IG ada yang julid kita bisa memperingati melalui DM agar dia tidak malu, jangan memprovokasi malah bikin panas, bisa jadi konflik di dunia nyata itu awalnya ledekan atau makian di ruang digital," paparnya lagi. 

Yang keempat nilai utamanya demokrasi memberikan kesempatan tiap orang untuk bebas berekspresi dan berpendapat. Itu dibatasi dengan akal. Misal, benar gak sih yang saya posting itu mengandung nilai kebaikan, tidak menyinggung orang lain,

"Kalau ada masalah dimusyawarahkan, yang kelima gotong royong berkolabolasi menambah wawasan baru,” ujar Dian.

Giliran narasumber kedua, Ahmad Usmarwi Kaffah, SH., LL.M (Bham)., LL.M (Abdn)., PhD, selaku Bupati Muara Enim. Ia berbicara terkait etika digital. Para pelajar harus menjadikan nilai-nilai Pancasila sebagai panduan karakter agar dapat menerapkan etika yang baik di ruang digital dengan cara berperilaku sopan, menghargai perbedaan, dan menghindari penyebaran berita bohong atau hoaks. 

“Toleransi kita satu sama lain, jangan sampai di era digital kita sembarangan berbicara, kita mengamputasi hak yang lain, hak suku lain misalnya, hak minoritas dan lain sebagainya, oleh karena itu nilai Pancasilanya harus dipahami dan dipedomani, sehingga mempengaruhi alam sadar pikir kita atau hati dan pikiran kita untuk menghormati nilai-nilai hak asasi manusia,” jelas Ahmad.

Selanjutnya, Reni Risti Yanti yang merupakan seorang Presenter dan key opinion leader (KOL), tampil menyampaikan bahwa terdapat rekam jejak digital yang akan berpengaruh di masa depan. Untuk itu, kita harus menjaga rekam jejak digital dengan baik, bijak dalam bermedia sosial, dan menghindari hal-hal negatif yang dapat merusak rekam jejak digital.

“Contohnya ketika adik-adik misalnya mau mencari beasiswa di dalam Negeri maupun di luar Negeri, karena hampir sekarang 80% universitas itu bahan acuannya untuk kalian mendapatkan beasiswa, salah satunya adalah dengan melihat rekam jejak kalian di media sosial kalian, begitupun di dunia pekerjaan," jelasnya. 

HRD sekarang, menurutnya, tidak hanya sekadar melihat bisakah seseorang mengisi pertanyaan-pertanyaan seputar ‘kenapa mau bekerja di sini?’.

"Bukan, itu hanya part kecil, karena ada bagian lain yang ternyata adalah media sosial kita diperiksa, kalau media sosial kita baik-baik aja kita pasti gak khawatir, tapi gimana kalau kita lupa," jelasnya.

"Kalau kita pernah membuat sesuatu yang tidak baik di media sosial kita, dan pada akhirnya berpengaruh ke depannya, akan jadi sangat konyol kalau menurut saya, ketika kita sebenarnya anak yang pintar, kita sebenarnya anak yang cerdas, hanya saja, kita salah pergaulan di ruang digital dan pada akhirnya kecerdasan kita, kepintaran kita tidak terpakai karena etika kita di ruang digital tidak ada,” kata Reni. 

Di akhir sesi nobar, para peserta diberikan kesempatan mengajukan pertanyaan yang dijawab langsung oleh narasumber, dengan dipandu moderator Diny Brilianti dan pembawa acara Feny Vericha.

Adapun Informasi lebih lanjut mengenai kegiatan dan info literasi digital dapat diakses melalui media sosial Instagram @literasidigitalkominfo, Facebook Literasi Digital Kominfo, Youtube @literasidigitalkominfo serta website literasidigital.id.

Editor


Komentar
Banner
Banner