bakabar.com, JAKARTA - Virus Monkeypox (cacar monyet), menjadi perhatian lantaran peningkatan infeksinya sejak beberapa minggu lalu.
Cacar monyet adalah penyakit zoonosis langka, disebabkan oleh infeksi virus monkeypox, dalam genus Prthopox virus famili Poxviridae. Biasanya ditularkan dari hewan ke manusia.
Melansir siaran pers dari Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI), virus ini juga dapat menular dari manusia ke manusia lain, cepatnya penyebaran Mpox secara global disebabkan berbagai faktor, perdagangan internasional hewan seperti primata monyet.
"Penting untuk menyadari peran kesadaran masyarakat dalam mengatasi Mpox di Indonesia dan Asia Tenggara. Perlunya kesadaran masyarakat mengenai gejala, dan melindungi diri dari infeksi," kata Dr. Hanny Nilasari, Sp DVE, Ketua Satgas MPox PB IDI, dikutip, Senin (30/10).
Laporan WHO menyebutkan kekhawatiran bahwa masalah MPox ini agak terabaikan di wilayah Asia Tenggara, karena kurangnya akses terhadap fasilitas medis yang memadai.
Munculnya jalur penularan baru dari manusia ke manusia menjadi salah satu tingginya penyebaran virus ini. Diketahui, lebih dari 90% kasus Mpox di dunia dilaporkan pada populasi khusus, yaitu homoseksual dan biseksual.
Adapun penularannya melalui hubungan seksual antar sesama jenis, hingga memunculkan gejala yang tidak biasa.
"Lebih dari 90 persen penularan melalui kontak erat dan terutama kontak seksual. Hindari kontak fisik dengan pasien terduga Mpox, tidak menggunakan barang bersama, misalnya handuk yang belum dicuci, pakaian yang belum dicuci, atau berbagi tempat tidur, alat mandi dan perlengkapan tidur seperti sprei, bantal, dan lainnya", ujar dr. Hanny menjelaskan.
Berdasarkan data Dinas Kesehatan DKI Jakarta per 27 Okt 2023, terdapat 15 orang dengan kasus positif. Selain itu dari 14 orang kasus positif, hampir semua pasien bergejala rignan dan tertular secara kontak seksual.
Data tersebut juga menyebutkan bahwa semua pasien tersebut adalah laki-laki usia 25-50 tahun.
Dari tanggal 13 Oktober hingga saat ini terdapat 14 orang dengan kasus positif atau terduga positif yang saat ini tengah menjalani isolasi di RS.
Gejala Monkeypox (Cacar Monyet)
Dr Hanny mengingatkan bahwa banyak penderita Mpox memiliki gejala ringan, yang mungkin tidak cukup parah sehingga memerlukan perhatian medis.
Salah satu tanda cacar ini adalah adanya demam selama lima hari sebelum munculnya ruam-ruam di kulit, dengan jarak antara terinfeksi hingga munculnya gejala mulai lima hingga 21 hari.
Ruam pertama kali muncul pada wajah, kemudian menyebar ke bagian tubuh lain, termasuk telapak tangan dan telapak kaki. Rasa nyeri tersebut akan berlangsung hingga kurang lebih empat minggu lamanya.
Kasus Mpox yang ringan dapat menular dan menyebabkan penyebaran penyakit, dan berakibat fatas terutama pasien dengan imunitas rendah.
Mpox memiliki tingkat kematian berkisar 10%, tergantung dari tingkat keparahan dari virus tersebut.
Bagaimana Penanganannya?
Lebih dari 90% penularan melalui kontak erat dan terutama kontak seksual. PB IDI memberikan himbauan untuk menghindari kontak fisik dengan pasien terduga Mpox.
Hal ini termasuk tidak menggunakan barang bersamaan, misalnya handuk hingga pakaian yang belum dicuci, berbagi tempat tidur, alat mandi dan perlengkapan tidur lainnya seperti sprei, bantal dan lainnya.
PB IDI juga menitikberatkan risiko pada kondisi imunokompromais (autoimun, penyakit kronis lainnya) sedapat mungkin hindari perilaku yang berisiko. Hubungan seksual harus dilakukan dengan aman menggunakan kondom serta lakukan vaksinasi.
Jika mengalami gejala lesi kulit yang tidak khas dan mengalami demam, segera untuk mengunjungi pelayanan kesehatan atau dokter terdekat untuk dilakukan skrining atau pemeriksaan awal.
Menghindari perkembangan penyakit hingga pemeriksaan lesi kulit dan organ secara detail dan lengkap. Mulai dari swab yakni pemeriksaan lab khusus dengan mengambil cairan dari lenting/ keropeng/ kelainan kulit.
Sementara itu, Kementerian Kesehatan RI juga telah menyediakan vaksin MPox yang telah diberikan pada 251 orang dari target 495 orang.
PB IDI juga menilai untuk melakukan penelitian lanjutan mengenai pengobatan dan pemberian vaksin Mpox, menghindari gejala serta risiko di masa mendatang.