The Beatles lah yang menginspirasi Monblume untuk tidak terpaku pada satu genre saja. Dia melihat band yang diidolakan para legenda musik dunia itu bisa menjadi contoh bagi siapa saja untuk melakukan eksplorasi dan inovasi pada setiap karya yang dihasilkan.
"Makanya Mondblume ini semua lagunya beda genre. Bisa dibilang non genre lah. Mungkin karena pengaruh Beatles juga yang selaku eksplor tiap album. Bahkan, tiap lagu nuansanya beragam. Sampe muncul psychedelic rock juga," katanya.
Nama John Lennon kemudian disebut sebagai inspirasi terbesar dalam menciptakan lagu. Rofie mengaku sudah mendengarkan The Fab Four semenjak kecil.
"Aku dibesarkan dengan mendengarkan band-band Inggris. Dari sekian banyak, tentu The Beatles salah satunya. Dan John Lennon tampaknya jadi song writter yang cukup berpengaruh. Album favoritku Rubber Soul dan Sgt Pappers Lonely Hearts Club Band," tambahnya.
Optimisme dan Mimpi-Mimpi
Jalan Mondblume untuk mengarungi industri musik jelas masih sangat panjang. Rofie Sanjaya sadar akan hal itu. Karenanya, setelah merilis empat single sejak 2020, dia berencana akan membuat album perdana pada tahun ketiga. "Materi album sudah ada. Tinggal proses pengerjaan," ungkapnya.
Baca Juga: Konser 30 Tahun Berkarya di Banjarmasin: Eksistensi Dewa 19 & Ajang Pembuktian Ello
Salah satu mimpi Rofie Sanjaya yang lain adalah rekaman di Abbey Road Studio, London. Studio paling populer dalam sejarah industri musik dunia ini memang menjadi tempat yang sakral dalam memproduksi karya dalam sejarah musik populer.
Sejauh ini Mondblume sudah menempuh jalan yang benar. Rofie Sanjaya sebagai song writter muda sudah melakukan apa yang seharusnya dia lakukan, menyampaikan apa yang seharusnya dia sampaikan, dan mendengarkan apa yang sudah didengarkan oleh musisi-musisi yang sudah sukses di luar sana.
Puluhan tahun setelah puncak kesuksesan Dewa 19, Ahmad Dhani pernah berkata, "Jika ingin sukses menjadi musisi, khatamkan Queen dan The Beatles!"