bakabar.com, BANJARMASIN – Momentum Iduladha 1442 H kali ini merupakan yang kedua kalinya tanpa ulama Kalimantan Selatan, KH Ahmad Zuhdiannoor.
Guru Zuhdi, begitu KH Ahmad Zuhdiannoor akrab disapa jemaah, wafat pada 2 Mei 2020 dalam usia 48 tahun. Atau tepat 9 Ramadan 1441 H.
Guru Zuhdi sempat dirawat di Rumah Sakit Medistra Jakarta. Almarhum didiagnosa mengalami kanker paru dengan diagnosis banding kanker kelenjar getah bening.
Sebelumnya almarhum dirawat selama dua hari di rumah sakit dan sempat menjalani pemeriksaan tes cepat dan swab PCR Covid-19, namun kematiannya bukan karena itu.
Meski begitu, perhelatan Iduladha 1442 H masih terasa dalam ingatan, bagaimana sosok Guru Zuhdi.
Dan momentum Guru Zuhdi memotong hewan kurban pun kini masih bisa dilihat.
Dalam sebuah video yang dilihat bakabar.com, Senin (19/7), nampak Guru Zuhdi masih dalam keadaan sehat.
Guru Zuhdi nampak mengambil alat potong kurban yang tajam, untuk bersiap memotong sapi kurban yang sudah dipegang anak buahnya.
Dalam video yang dibagikan dari kanal YouTube MRJ Tv, terlihat Guru Zuhdi mengenakan kopiah putih, baju kaus warna biru, dan celana panjang loreng seperti anggota TNI.
Sebelum hendak menyembelih hewan kurban, nampak Guru Zuhdi terlebih dahulu mengusapkan alat potong yang dipegang ke celananya.
Setelah itu, Guru Zuhdi mendekat ke sapi kurban, dan seketika menyembelihnya.
Seusai memotong hewan kurban, Guru Zuhdi kemudian melepaskan alat potongnya dan menyerahkannya kepada salah seorang anak buahnya.
Sementara sejumlah anak buah Guru Zuhdi terlihat masih memegang sapi kurban yang sudah disembelih itu.
Guru Zuhdi nampak bercanda gurau dengan para jamaah. Terlihat dengan senyuman yang ia lontarkan sembari melirik ke arah salah seorang jemaah.
Di akhir video, ia pun menjauh, dan nampak memperhatikan hewan-hewan kurban lainnya yang sudah dipotong.
Guru Zuhdi lahir di Alabio, 10 Februari 1972. Semasa hidup ia memiliki ribuan jemaah. Tak hanya berasal dari Banjarmasin, tapi seluruh wilayah Kalsel.
Guru Zuhdi lahir dari pasangan KH Muhammad bin Jafri dan Zahidah binti Kiai Asli.
Ayahnya adalah pimpinan Pondok Pesantren Al-Falah Banjarbaru dan dikenal sebagai ulama yang cukup dikenal di Banjarmasin.
Sedangkan kakeknya dari pihak ibu, Kiai Asli adalah tokoh ulama asal Alabio, Hulu Sungai Utara.