literasi keuangan

Miris! 55 Persen Anak Muda Buta Layanan Keuangan Digital

Hasil riset MicroSave Consulting (MSC) tahun 2022 yang baru diluncurkan tahun ini menemukan manfaat internet untuk layanan keuangan digital di kalangan anak mud

Featured-Image
Assistant Manager MSC, Muhammad Singgih Pangestu. Tangkapan Layar: apahabar.com/Ayyubi

bakabar.com, JAKARTA - Hasil riset MicroSave Consulting (MSC) tahun 2022 yang baru diluncurkan tahun ini menemukan manfaat internet untuk layanan keuangan digital di kalangan anak muda baru mencapai 45 persen. Sedangkan lebih separuhnya digunakan untuk media sosial dan konten digital.

Adapun sebanyak 85 persen anak muda masih memilih menggunakan transaksi uang tunai. Sementara itu, penggunaan kartu debit dan dompet digital masih terkonsentrasi di Jawa dan responden dengan pendapatan lebih dari 4 juta.

"Walaupun gemar belanja online, anak muda cenderung memilih cash on delivery untuk pembayaran," kata Assistant Manager MSC, Muhammad Singgih Pangestu dalam acara Fintech Talk, Senin (11/12).

Baca Juga: UU IKN Direvisi, Kewenangan Pembiayaan OIKN Bertambah

Literasi keuangan digital yang masih terbatas, menurutnya menjadi penyebab generasi muda yang masih cenderung berhati-hati mengadopsi inovasi digital.

Selain itu kalangan muda masih takut dalam berinvestasi di ruang digital. Mereka lebih memilih investasi yang paling aman yakni emas.

"Terbatasnya akses informasi investasi uang cocok bagi anak muda menjadi kendala," ungkap dia.

Baca Juga: OIKN Bongkar 5 Alasan UU IKN Perlu Direvisi

Singgih mengamati anak muda saat ini masih memiliki bias tertentu dalam mneggunakan keuangan digital. Sebab, lebih mudah terpengaruh dengan masukan dari teman-temannya maupun dari influencer.

Maka dari itu, kata dia, pendekatan berbasis produk itu sangat penting. Sehingga anak muda tidak hanya melihat hal hal yang abstrak ketika membicarakan literasi keuangan.

"Misalnya dalam program literasi keuangaan. gunakan pendekatan berbasis prodak untuk mendorong eksperimen dan ketertarikan anak muda," ungkap dia.

Baca Juga: UU Perubahan No.21 2023 Proyeksikan IKN Masuk RPJPN 2025-2045

Di samping itu dia juga mendorong kolaborasi perintah dan pelaku industri untuk menggunakan program literasi berbasis produk.

Seharusnya, kata dia, pemerintah dan pelaku industri dalam mendesain program dan produk yang tepat harus mempertimbangkan keragaman yang dimiliki anak muda.

"Selanjutnya kita bisa bikin program yang disesuaikan dengan kebutuhan anak muda," tandasnya.

Baca Juga: BI Prakirakan Penjualan Eceran akan Mengalami Peningkatan

Diketahui, survei yang dilakukan dengan total sampel sebanyak 2.182 anak muda dengan usia 15-29 tahun.

Adapun sebaran responden di Pulau Jawa Jawa sebesar 65 persen, Pulau Sumatera 14 persen, Pulau Kalimantan 3 persen, Pulau Sulawesi 13 persen, Bali Nusa Tenggara 3 persen, Maluku dan Papua 3 persen.

Sedangkan berdasarkan kategori jenis kelamin yakni laki-laki sebesar 30 persen dan perempuan 70 persen. Disusul berdasarkan kategori lokasi di kota besar sebesar 41 persen, kota 39 persen dan desa 20 persen.

Editor
Komentar
Banner
Banner