bakabar.com, JAKARTA - The power of kepepet. Begitulah ungkapan yang menggambarkan ‘keajaiban’ di balik pekerjaan yang terselesaikan tepat sebelum menemui tenggat waktu.
Istilah tersebut bukannya tidak mendasar. Seringkali, otak memang menjadi lebih ‘encer’ ketika mengerjakan sesuatu yang tenggat waktunya sudah di depan mata, ketimbang menyelesaikan dari jauh-jauh hari.
Lantas, sebenarnya apa yang membuat otak berpikir lebih cepat saat berada dalam kondisi mendesak? Merangkum berbagai sumber, berikut ulasannya:
Hormon Adrenalin Meningkat
Dalam kondisi mendesak, tubuh akan merangsang hormon yang membuat diri sendiri merasa terpacu untuk menyelesaikan pekerjaan dengan cepat. Hormon itu adalah adrenalin, zat yang memicu stres.
Perasaan tertekan maupun stres menstimulasi sistem saraf simpatis untuk melepaskan hormon kortisol pada faktor CRF. CRF mengaktifkan kelenjar pituitari untuk melepaskan hormon ACTH yang mengaktifkan sinyal pada kelenjar adrenal.
ACTH dari kelenjar pituitari merangsang korteks adrenal untuk melepas hormon kortisol dalam waktu bersamaan.
Neuron pada hipotalamus pun mensinyalkan medula guna melepas hormon adrenalin, yang lantas menekan tubuh dalam kewaspadaan tinggi.
Dorongan adrenalin ini juga bisa mempercepat jantung, paru-paru, melebarkan pembuluh darah dan mengeluarkan nutrisi dalam tubuh. Ini semua demi mempersiapkan otot untuk memberikan respons yang cepat.
Pikiran Jadi Lebih Fokus
Ketika mendekati deadline, otak kita menjadi lebih fokus dalam mengerjakan sesuatu. Padahal, sebelumnya konsentrasi mudah terpecah oleh berbagai gangguan, entah bermain sosial media, menonton film, dan sebagainya.
Namun, saat mendekati deadline, pikiran hanya tertuju pada pekerjaan yang harus segera diselesaikan.
Muncul Motivasi Besar
Manusia membutuhkan dorongan dalam melakukan suatu pekerjaan. Motivasi akan desakan tenggat waktu meningkat dua kali lebih besar dari biasanya.
Sebab itulah, orang yang sedang terburu-buru, motivasi yang muncul mengubah kata “tidak bisa” menjadi “bisa.”
Keterbatasan waktu menyadarkan diri bahwa suka ataupun tidak dengan suatu pekerjaan, itu tetap harus diselesaikan.
Di sisi lain, otak tidak cuma dituntut untuk berpikir lebih cepat, tetapi juga memikirkan berbagai kemungkinan buruk yang akan terjadi.
Tentu siapa pun tak ingin kemungkinan buruk tersebut terjadi. Karena itulah, tanpa disadari, akan muncul keinginan untuk menyelesaikan pekerjaan agar hal-hal tidak mengenakkan itu hanya sebatas khayalan.
Itulah sejumlah ‘keajaiban’ di balik the power of kepepet. Apakah Anda juga merasakannya?