bakabar.com, JAKARTA - Misteri Saranjana barangkali sudah jadi kisah yang akrab bagi masyarakat Kalimantan Selatan. Di samping itu, rupanya masih ada sebuah folklore yang kisahnya tak kalah membuat bulu kuduk bergidik, yakni Pulau Kadap.
Seperti halnya Saranjana yang punya peradaban modern, Pulau Kadap pun diyakini demikian. Konon, deretan bangunan mewah lagi megah berjejer di sana. Gemerlap mentereng bak kota metropolitan juga menghiasi pulau gaib itu.
Kemolekan Pulau Kadap yang demikian, kabarnya, sengaja ‘ditutupi’ dengan daratan gelap yang dikelilingi air pasang sungai di alam nyata. Hal itu sebagaimana diungkapkan Dosen di Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Antasari, Humaidy.
“Pulau Kadap merupakan satu wilayah di daratan atau daerah pasang surut yang ditengarai sebagai tempat bersemayamnya makhluk gaib. Kondisinya sangat gelap karena ditumbuhi berbagai macam vegetasi yang sulit dijamah saat itu,” tulisnya dalam sebuah unggahan di Facebook, dikutip Rabu (11/1).
Saking rimbun dan lebatnya pepohonan di sana, sambung Humaidy, pada siang hari sekali pun tetap gelap. Sebab itulah, orang-orang yang menginjakkan kaki di Pulau Kadap sering kesulitan kembali ke alam nyata.
Alasan mereka tak kembali, secara logis, sebenarnya dikarenakan tidak bisa mengingat arah jalan. Namun, kepercayaan masyarakat Indonesia akan hal-hal berbau klenik yang mengakar sedari dulu membuat munculnya keyakinan ‘diculik’ makhluk gaib.
Sepintas Gambaran Pulau Kadap
Budayawan dari Lembaga Kajian Keislaman dan Kemasyarakatan itu menduga Pulau Kadap terletak di titik tengah tiga kabupaten. Ketiganya adalah Kabupaten Tapin, Marabahan (Barito Kuala), dan Martapura (Kabupaten Banjar).
Menurut Humaidy, seringkali bagi orang yang pernah ke sana, menyaksikan makhluk-makhluk aneh. Di antaranya, buaya sebesar jukung tiung, kura-kura sebesar tanggui, ikan besar-besar, batang galam besar-besar, dan batang pohon lebih sepelukan manusia.
Usut punya usut, sebelum menebang pohon atau mengambil barang yang ada di Pulau Kadap, harus didahului dengan upacara kecil. Tujuannya, tentu untuk meminta izin kepada penguasa alam gaib setempat.
Kalau sudah melakoni prosesi itu, barulah bisa mengambil kayu yang berkualitas, bahkan emas peninggalan orang zaman dahulu. Bila di pulau itu terdapat pecahan tembikar – alat masak dari tanah – maka di atasnya dipastikan terdapat logam mulia tersebut.
Bentuk emasnya pun beragam. Ada yang berupa gelang seberat 40 gram, cincin berbentuk burung merak, emas batangan, emas yang sudah berbentuk perhiasan, serbuk emas, atau benda-benda unik lainnya.
Baca kisah selengkapnya di halaman selanjutnya..
Persunting ‘Makhluk Gaib’ di Pulau Kadap
Penghuni Pulau Kadap sendiri diyakini adalah makhluk halus. Namun, bukan berbentuk hantu menyeramkan seperti yang digambarkan dalam film horor; sosok tak kasat mata di sini berupa peri dengan paras rupawan.
Keyakinan itu pula yang melandasi lahirnya legenda Datu Niang Thalib. Alkisah, orang sakti yang bermukim di hutan Hariyung Danau Belantai itu rela meninggalkan istri lagi anaknya di dunia nyata, demi mempersunting makhluk gaib di Pulau Kadap.
“Penghuninya semacam makhluk halus sejenis peri yang rata-rata ganteng dan cantik. Hingga, seorang datu yang bernama Datu Niang Thalib yang sakti mandraguna, murid mahaguru Datu Suban, tertarik untuk mengawini putri raja di sana dan rela berpindah alam, dari alam nyata ke alam gaib,” papar Humaidy.
Lantaran tak kunjung pulang, Datu Murkat, Datu Taming Karsa, Datu Karipis, Datu Ungku dan Datu Ganun pun berusaha mencari Datu Niang Thalib. Dalam pencariannya, mereka bertemu Mariyaban, yang ternyata adalah seorang lelaki tampan dan gagah perkasa.
Mengejutkannya lagi, pemuda yang ‘menyamar’ menjadi hantu itu merupakan ipar Datu Niang Thalib. Lantas, dibawalah keempat kawan sang Datu ke kerajaan gaib untuk menjumpai sosok yang mereka cari.
Mereka disambut meriah lagi penuh kehormatan oleh Datu Niang Thalib dan istri cantiknya di istana megah. Makanan juga minuman serba enak pun tak lupa disuguhkan. Ketika hendak berpamitan kembali ke alam nyata, keempat Datu itu bahkan dibekali emas, intan jumantan, dan barang mewah lainnya.
Sebelum kawan-kawannya pulang, Datu Niang Thalib berpesan kalau ada keluarga atau bubuhan Urang Banjar yang ingin berpergian ke Pulau Kadap agar membawa tali haduk.
Barang yang terbuat dari serabut pohon aren itu merupakan pertanda bahwa pemakainya adalah keluarga Datu Niang Thalib. Dengan begitu, mereka tak bakal diganggung makhluk halus.
“Bagus lagi, sesampai di sana memanggil Datu Niang Thalib mohon permisi dan pertolongan. Insya Allah, berkat Datu Niang Thalib penguasa Pulau Kadap, perjalanan akan aman dan selamat,” tandas Humaidy.