Potensi Kerugian Ekonomi

Menteri Bappenas: Perubahan Iklim Sulitkan Sektor Perkonomian 

Perubahan iklim memicu sektor pertanian sulit panen. Menteri Bappenas, Suharso Monoarfa menyebut akan mengakibatkan kerugian ekonomi.

Featured-Image
Menteri Bappenas Suharso Monoarfa. Foto: Andi M/apahabar.com

bakabar.com, JAKARTA - Perubahan iklim memicu sektor pertanian sulit panen. Menteri Bappenas, Suharso Monoarfa menyebut akan mengakibatkan kerugian ekonomi.

Potensi kerugian ekonomi dalam kurun waktu 2020-2024 diperkirakan mencapai Rp544 triliun. Untuk itu, kata dia, perlu ada intervensi kebijakan guna menekan angka kerugian di sektor pertanian.

"Potensi kerugian ini berasal dari penggenangan pesisir, kelangkaan air, kecelakaan kapal, penurunan produk beras, kenaikan wabah penyakit dan sebagainya," jelas Suharso dalam forum Dialog Nasional Antisipasi Dampak Perubahan untuk Pembangunan Indonesia Emas 2045, Senin (21/8).

Baca Juga: Konsep Ekonomi Biru, Bappenas: Bukan Hal Baru tapi Direvitalisasi

Katanya, perubahan iklim juga memicu El Nino atau cuaca ekstrem lebih intens terjadi. Semestinya terjadi setiap 3-7 tahunan, kini menjadi 2-5 tahunan.

Berdasarkan bocoran prediksi dari BMKG, lanjut Suharso, El Nino bakal terjadi pada September hingga akhir 2023. Ia mengungkapkan, jika prediksi itu benar terjadi maka fenomena tersebut berlangsung lebih lama dari biasanya.

"Kita perlu mitigasi dampaknya terhaedap kebarkaran hutan, dan produktifitas pangan kelangkaan air, ujarnya.

Baca Juga: Pengembangan Ekonomi Biru, Bappenas Paparkan Tiga Tantangan Terbesar

Di lain sisi, ia pun terheran-heran. Pasalnya, perbandingan kualitas udara antara Batam dan Singapura yang berbeda.

Tak hanya Jakarta, berdasarkan data Air Quality Index (AQI), kualitas udara di Batam tercatat kuning. Sedangkan di beberapa titik Singapura cenderung hijau.

"Memang saya juga rasa aneh sekali, Batam memang agak sedikit orange, tapi Singapura hijau banget. Itu aneh, berdekatan," kata Suharso.

Editor


Komentar
Banner
Banner