Apahabar.com, MAGELANG - Bendera setengah tiang masih berkibar di sepanjang rumah warga di Kota Magelang, Jawa Tengah.
Tepat hari ini, 30 September, masyarakat Indonesia kembali mengenang peristiwa kudeta berdarah yang terjadi pada 58 tahun silam.
Peristiwa tersebut menewaskan Jenderal Anumerta Ahmad Yani, Letnan Jenderal M.T. Haryono, Letnan Jenderal Anumerta Raden Suprapto, Letnan Jenderal Anumerta Siswondo Parman, Mayor Jenderal Anumerta Donald Ignatius Panjaitan dan Mayor Jenderal Anumerta Sutoyo Siswomiharjo serta Letnan Satu Pierre Andreas Tendean.
Sederet korban keganasan G30S PKI itu disebut Pahlawan Revolusi atas jasa-jasanya yang terus dikenang hingga saat ini.
Baca Juga: G30S PKI, Sejarah Kelam Terguncangnya Nasionalisme Indonesia
Salah satu tokoh yang sangat dihormati dan berjasa terutama bagi masyarakat Magelang adalah Jendral Ahmad Yani. Sosoknya bahkan dikenang pada monumen Ahmad Yani yang berada di Jalan Thamrin Nomor 2, Potrobangsan, Kecamatan Magelang Utara, Kota Magelang, Jawa Tengah.
"Kiprah Jenderal Ahmad Yani di Magelang dimulai pada 1943, saat ia bergabung dengan Pasukan Pembela Tanah Air (PETA)," kata Gusta Wisnu Wardana, sejarawan yang juga pegiat Mlaku Magelang, Sabtu (30/9).
PETA yang kala itu disponsori Jepang berpusat dan melakukan latihan militer di Magelang.
"Ahmad Yani sempat melanjutkan karirnya dengan mengikuti pelatihan sebagai pemimpin peleton PETA dan dipindahkan ke Bogor, Jawa Barat," terangnya.
Baca Juga: ‘Balas Dendam’ Pasca G30S-PKI: Propaganda Media yang Berujung Pembantaian Ribuan Massa
Usai pelatihan di Bogor, lanjut Gusta, Ahmad Yani dikembalikan ke Magelang menjadi untuk instruktur militer di Kota Sejuta Bunga itu. Tidak hanya menjadi instruktur dan 'guru' militer pascaperang kemerdekaan, Ahmad Yani juga bergabung sebagai tentara dan berperang melawan Belanda.
"Ahmad Yani yang menciptakan dan memimpin sebuah batalion untuk menghadapi Inggris di Magelang pada bulan-bulan pertama pascakemerdekaan," jelas Gusta.
Berkat batalion bentukannya, Ahmad Yani berhasil menghancurkan tentara Inggris yang nyaris merebut kemerdekaan Indonesia. Tragedi perebutan itu dikenang sebagai Palagan Magelang yang merembet pada peristiwa Magelang Lautan Api.
"Kala itu beberapa pusat dan sentral pemerintahan juga dibakar,. Jadi bukan hanya di Bandung, Magelang juga sempat menjadi lautan api," imbuhnya.
Baca Juga: Mengenal Deretan Mobil dalam Tragedi G30S PKI
Menurut Gusta, Ahmad Yani berhasil menaklukkan peperangan tersebut. Ia juga yang berhasil membentuk pertahanan dengan mengerahkan militer di Magelang ketika Belanda mencoba untuk mengambil alih.
"Kiprah Ahmad Yani dalam Palagan Magelang itu membuat masyarakat menyebutnya sebagai Juru Selamat Magelang," tuturnya.
Selain dijadikan monumen, Taman Ahmad Yani juga difungsikan masyarakat sebagai Ruang Terbuka Hijau (RTH).
"Jadi sembari olahraga dan menikmati udara kota yang sejuk, masyarakat juga bisa mengenang jasa pahlawan yang gugur demi kemerdekaan Indonesia," pungkasnya.