bakabar.com, TOKYO – Olimpiade Tokyo 2020 akan menjadi sejarah, seiring partisipasi atlet transpuan Laurel Hubbard di cabang olahraga angkat besi.
Atlet dari Selandia Baru ini terdaftar sebagai atlet putri di kelas +87 kilogram. Di kelas yang sama, juga akan bertanding lifter Nurul Akmal dari Indonesia.
Selain menjadi transpuan pertama, Laurel Hubbard yang berusia 43 tahun juga menjadi atlet tertua di Olimpiade Tokyo 2020.
“Saya berterima kasih dan terharu dengan kebaikan maupun dukungan yang telah diberikan oleh begitu banyak warga Selandia Baru,” ungkap Hubbard seperti dilansir Detik, Jumat (23/7).
Sementara Komite Olimpiade Selandia Baru (NZOC) meyakinkan Laurel Hubbard sudah memenuhi kriteria yang diperlukan.
“Kami memahami terdapat banyak pertanyaan tentang keadilan atlet transpuan yang bersaing di Olimpiade,” sahut Kereyn Smith, Kepala NZOC.
“Namun saya ingin menyampaikan bahwa Laurel Hubbard memenuhi semua kriteria yang diperlukan,” tegasnya.
Sebelumnya Laurel Hubbard hidup sebagai laki-laki selama 35 tahun. Lantas mulai 2012, lifter ini mengubah identitas menjadi perempuan.
Meski sudah menekuni angkat besi sejak 1998 dan mencetak rekor nasional junior putra, Laurel Hubbard belum pernah mengikuti kejuaraan internasional sampai 2012.
Setelah mengubah indentitas, Laurel Hubbard baru bisa tampil di level mancanegara dan memenangkan sejumlah kejuaraan.
Komite Olimpiade Internasional (IOC) sendiri mengubah aturan soal atlet transgender mulai 2015.
Mereka menetapkan atlet yang beralih dari pria ke wanita dapat bersaing dalam kategori wanita tanpa memerlukan operasi.
Namun diharuskan kadar testosteron total dalam serum atlet itu di bawah 10 nanomol per liter, setidaknya selama 12 bulan terakhir.
Keputusan IOC sontak mendapat banyak kritikan, termasuk dari sejumlah mantan atlet seperti Caitlyn Jenner, Martina Navratilova dan Sharron Davies.
Terlebih dari hasil penelitian yang dilakukan ilmuwan Emma Hilton dan Tommy Lundberg, ditemukan bukti keunggulan kinerja laki-laki dalam angkat besi mencapai 30 persen ketimbang perempuan.
Penelitian juga menunjukkan ketika transpuan menekan testosteron selama 12 bulan terakhir, mereka cuma kehilangan massa tubuh tanpa lemak, area otot dan kekuatan hanya sekitar 5 persen.
Kemudian peneliti Universitas Loughborough, Joanna Harper, juga menyebut transpuan memiliki keunggulan fisik dibanding atlet perempuan.
“Itu semua adalah keuntungan dalam banyak olahraga, termasuk angkat besi. Apakah keuntungan ini tidak adil? Itu adalah pertanyaan yang sama sekali berbeda,” papar Harper.
“Kami masih mentoleransi keuntungan dalam olahraga. Hal yang tidak dapat ditoleransi adalah keuntungan yang luar biasa, seperti petinju kelas berat melawan petinju kelas terbang,” tandasnya.