bakabar.com, BANJARMASIN – Pada Desember 2007, Majalah Rolling Stone Indonesia menyusun 150 album terbaik sepanjang masa. Dari daftar tersebut, album Badai Pasti Berlalu yang dirilis pada 1977 menempati posisi puncak sebagai album terbaik sepanjang masa.
Menurut Dosen FKIP Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin, Sumasno Hadi, Badai Pasti Berlalu dipilih karena sejumlah alasan.
“Pertama, album ini unik, berbeda dengan album lain di zamannya. Kedua, memengaruhi seniman dan musisi lain. Selain itu, juga memberikan pengaruh pada industri rekaman,” kata Sumasno yang juga dikenal sebagai pengamat musik Banua dalam acara “Malam Harmoni” yang digelar di Kampung Buku Banjarmasin, Sabtu (13/02/2021) malam.
Badai Pasti Berlalu merupakan hasil kolaborasi dahsyat dari tiga nama yang kemudian menjadi sangat besar di industri musik Indonesia: Eros Djarot, Jockie Suryoprayogo, dan Chrisye.
Sejumlah nama-nama lain juga terlibat dalam proses pembuatan album ini, di antaranya Berlian Hutauruk, Fariz RM, dan Keenan Nasution. Album ini juga yang membuat nama Chrisye makin melambung.
Dalam sesi tanya jawab, novelis Sandi Firly sempat bertanya kepada Sumasno Hadi. “Siapa yang memilih Chrisye waktu itu?” katanya.
Sumasno menerangkan Eros Djarot adalah orang yang paling bertanggung jawab terhadap keputusan itu. Eros, kata Sumasno, memilih Chrisye karena sudah berteman sejak lama.
“Eros orangnya sangat idealis. Jadi dia tidak memilih penyanyi yang sudah sangat populer waktu itu. Mereka juga sudah berteman sejak SMA,” katanya.
Sumasno kemudian menerangkan bahwa progresi chord di album ini tidak biasa pada zamannya. Saat itu, perubahan chord dalam sebuah lagu masih didominasi “tiga jurus”.
“Lagu-lagu pada zaman itu masih didominasi chord C-F-G. Chord-nya standar, akhirnya melodi-melodiannya juga biasa,” kata Sumasno sembari memutar lagu-lagu di album Badai Pasti Berlalu melalui saluran YouTube.
Faktor lain yang membuat album ini dihargai begitu tinggi karena tingkat penjualannya yang sangat bagus. Sejumlah hits besar lahir di album ini. Misalnya seperti “Merpati Putih” dan “Merepih Alam” yang sangat populer di radio-radio Tanah Air.
Sumasno menilai perkembangan musik populer era sekarang tidak akan terlepas dari karya yang dihasilkan pendahulunya. Begitu pun dengan Badai Pasti Berlalu yang sudah memberikan dampak besar untuk perkembangan musik Indonesia.
“Kita bisa melihat bagaimana Rian D’Masive bisa begitu menghargai album ini. Bahkan dia bikin wawancara khusus bareng Eros Djarot dan membicarakan album Badai Pasti Berlalu,” jelasnya.
Kolektor kaset pita dan piringan hitam itu menambahkan Badai Pasti Berlalu sebenarnya merupakan album soundtrack film dengan judul yang sama. Meski demikian, dari 13 trek di album musiknya hanya 4 lagu yang dimasukkan ke dalam film.
Sumasno Hadi sebelumnya sempat menampilkan daftar 150 album terbaik sepanjang masa Indonesia. Selain Badai Pasti Berlalu, di peringkat kedua ada album Guruh Gypsi, karya Guruh Soekarno Putra yang akan dibincangkan pada pertemuan berikutnya.
Malam Harmoni di Kampung Buku rencananya digelar setiap Sabtu malam. Setiap karya musik yang masuk daftar 150 album terbaik sepanjang masa akan dibahas dalam acara tersebut.
Berikut 10 dari 150 album terbaik sepanjang masa versi Majalah Rolling Stone Indonesia:
1. Badai Pasti Berlalu – Chrisye dkk. (1977)
2. Guruh Gipsy – Guruh Soekarnoputra & Gipsy (1976)
3. Lomba Cipta Lagu Remaja (1978)
4. Dheg Dheg Plas – Koes Plus (1969)
5. Suit-Suit…He-He (Gadis Sexy) Slank (1990)
6. To the So Called “the Guilties” – Koes Bersaudara (1967)
7. Api Asmara Rien Djamain Hidayat (1975)
8. Swami – Swami (1989)
9. 4 Through the Sap – Pas Band (1994)
10. Ken Arok – Harry Roesli (1977)