bakabar.com, JAKARTA - Kentalnya budaya Betawi memenuhi seisi Ruang Serba Guna Masjid Assa’adah, Kebayoran Lama.
Sebanyak 40 goresan bertemakan penari, perkampungan, hingga aktivitas warga Jakarta tempo dulu menghiasi dinding putih ruangan tersebut.
Adalah Betawi dalam Lukisan, pameran tunggal Sarnadi Adam yang digelar mulai 15 Oktober sampai 23 Oktober 2022. Bukan sekadar memamerkan karya, ekshibisi ini juga menginisiasi lelang lukisan.
“Hasil dari lelang lukisan, atau lukisan yang terjual akan disumbangkan untuk anak yatim,” ujar sang maestro yang menggelar pameran tersebut kepada bakabar.com, Sabtu (15/10).
Semarakkan Peringatan Maulid Nabi
Gelaran Betawi dalam Lukisan sekaligus menyemarakkan peringatan Maulid Nabi Muhammad – yang sejatinya jatuh pada Sabtu (8/10).
Barangkali sebab itulah, selain menyumbangkan penjualan untuk kegiatan sosial, pameran ini juga bertempat di sebuah masjid.
Ketua Umum Assa’adah Center, Ahmad Jaelani, menilai tidaklah aneh bila pameran digelar di tempat ibadah.
Mengingat, fungsi awal masjid tak sekadar untuk menjalani ibadah, tetapi juga dipergunakan sebagai tempat kegiatan sosial.
“Semoga dengan adanya acara ini, umat muslim di Indonesia semakin bersatu. Dan masjid lain juga tergerak untuk melakukan kegiatan serupa,” ujarnya dalam pembukaan pameran Sarnadi Adam.
Sementara itu, sang pemilik karya mengaku bahwa Betawi dalam Lukisan bukan kali pertama baginya untuk menggelar pameran di masjid. Ekshibisi ini, malahan, merupakan yang ketiga kalinya bertempat di rumah ibadah.
“Pertama kali saya pameran di Masjid Istiqlal tahun 1998, lalu yang kedua di Jakarta Islamic Center pada 2002,” beber dosen Seni Rupa dari Universitas Negeri Jakarta itu.
Sekilas tentang Ciri Khas Goresan Sarnadi
Sesuai namanya, pameran Betawi dalam Lukisan menampilkan sederet goresan bertemakan kebudayaan Jakarta.
Karya ini, di antaranya, menampilkan objek berupa penari, jawara, perkampungan tempo dulu, dan suasana lawas pesisir Jakarta.
Setiap lukisan Sarnadi didominasi warna kuning, merah, dan hijau. Beralaskan kanvas selebar 60 cm hingga 200 cm, sang maestro menggoreskan idenya dengan cat akrilik dan minyak.
Konsisten hingga Jadi Pelopor Lukisan Betawi
Betawi dalam Lukisan juga bukan pameran pertama bagi Sarnadi di tahun ini. Pada Juni lalu, seniman kelahiran 1956 itu juga menggelar acara serupa. Bedanya, hanya karya yang dibuat semenjak pandemi Covid-19 yang ditampilkan.
Sedangkan, untuk ekshibisi kali ini, dirinya memamerkan 40 lukisan yang dibuat dari tahun 1995 hingga 2022. “Saya ini konsisten dengan budaya Betawi,” tegas Sarnadi.
Konsistensi Sarnadi yang demikian bukan tanpa alasan. Pelukis yang memulai karier sejak 1986 ini mengaku tertantang untuk melukis kebudayaan Betawi, lantaran kala itu, belum ada seniman urban lain yang melukiskan hal serupa.
“Di Indonesia, (dulu) tidak ada yang namanya lukisan Betawi. Karena ada seorang Sarnadi Adam, maka lahirlah seni lukis Betawi,” kenangnya.
Dedikasi Sarnadi, pada akhirnya, berbuah manis. Usai dua dekade menekuni karya yang jadi ciri khasnya itu, dia berhasil mendapat pengakuan sebagai “pelopor lukisan Betawi.”
Berkat keteguhan menghadirkan tema Betawi dalam setiap karyanya itu, Sarnadi sukses membesarkan namanya di kancah internasional. Sejumlah hasil tangan dinginnya pernah mejeng di berbagai negara.
Adapun sederet kota dari berbagai penjuru dunia yang pernah disambanginya, antara lain New York, New Jersey, Boston, Jerman, Prancis, Swedia, Belgia, Luxemburg, Singapura, Brunei Darussalam, Filipina, Korea Selatan, dan Cina.