Pemilu 2024

Menakar Skema Capres-Cawapres soal Tingginya Tenaga Kerja 'No Skill'

Economics and Finance Indef, Esther Sri Astuti, mempertanyakan visi misi calon presiden dan calon wakil presiden terkait gagasan pembangunan lapangan kerja.

Featured-Image
Pasangan capres-cawapres menunjukkan nomor urut peserta usai pengundian nomor urut peserta Pilpres 2024 di Kantor KPU RI, Jakarta, Selasa (14/11) lalu. Foto: Antara

bakabar.com, JAKARTA - Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) mengungkap jumlah pekerja yang memiliki keahlian rendah mencapai 88 persen dari total angkatan kerja.

Karena itu, persoalan daya serap pekerja tidak hanya berfokus pada penyediaan lapangan kerja, melainkan juga terkait dengan kualitas pekerja.

"Jadi masalah yang mendasar itu keahlian yang rendah, low skill level. Itu jumlahnya 80 persen lebih ya. lalu apa solusinya?," kata Direktur Program INDEF, Esther Sri Astuti dalam diskusi publik bertajuk "Mengurai Gagasan Cawapres tentang Ekonomi" yang disiarkan secara daring, Kamis (21/12).

Baca Juga: INDEF: Capres Cawapres Tak Punya Gagasan Ekonomi yang Kongkret

Esther menilai selama ini visi misi ketiga pasangan capres-cawapres belum ada yang konkret menjelaskan mengenai langkah yang akan dilakukan.

Terlebih, saat ini persaingan dunia kerja terus meningkat di tengah perkembangan di era digitalisasi. Khususnya mengenai pertumbuhan ekonomi digital.

Ia memprediksi semakin meningkatkan tren ekonomi digital, akan membuat pekerjaan yang selama ini dilakukan untuk manusia bisa tergantikan oleh mesin.

“Banyak pekerjaan yang muncul berbasis teknologi. Kayak misal e-toll,” tandasnya.

Baca Juga: Rektor ULM Persilahkan Capres-Cawapres Kampanye di Kampus

Karena itu, bila tidak segera diantisipasi pekerja yang tidak memiliki skill akan tergilas oleh perkembangan teknologi di masa depan.

Sementara, Indonesia akan dipertemukan dengan bonus demografi. Yang mana dalam hal ini jumlah penduduk usia produktif (15-64 tahun) akan mencapai puncaknya hingga 70 persen pada tahun 2045.

"Karena itu dibutuhkan strategi yang jelas kalau kita tidak itu bisa jadi malapetaka akan terjadi pengangguran yang besar-besaran," tandas dia.

Baca Juga: Langkah Abu-abu 3 Capres soal Penyelesaian Pelanggaran HAM di Papua

Di sisi lain, kata Esther, pembukaan lapangan kerja tidak harus berfokus pada pekerja yang minim skill saja. Para capres-cawapres juga perlu memikirkan program kerja untuk generasi milenial dan generasi Z.

"Kalau kita bicara tentang pekerjaan khususnya untuk milenial dan gen Z. Sebenernya itu belum menjadi visi misi yang lebih holistik dan komprehensif untuk mengatasi dinamika ekonomi secara menyeluruh," pungkasnya.

Editor


Komentar
Banner
Banner