bakabar.com, BANJARMASIN - Anies Baswedan berjanji membangun kereta api di Kalimantan Selatan. Jika, berhasil terpilih menjadi presiden.
Janji itu serupa dengan yang dilontarkan Jokowi saat berkampanye 2019 silam.
Anies melontarkan janjinya tersebut saat berkampenye di Banjarmasin, Kalsel, Selasa (5/12). Di hadapan ratusan mahasiswa dan kaum milenial, capres jagoan Koalisi Perubahan itu melihat kehadiran moda transportasi kereta api menjadi penting.
Baca Juga: Cari Dukungan di Banjarmasin, Anies Datang Pagi Pulang Malam
Maka, prioritas pertamanya bila terpilih adalah membangun jaringan rel terlebih dahulu.
"Banjarmasin dan Banjarbaru ini intensitasnya cukup tinggi. Sebenarnya ini suatu kawasan yang perlu kita bangun rel kereta api," ujarnya.
Anies punya keyakinan. Keberadaan kereta api sekitar kawasan industri tak hanya bakal membantu mobilitas masyarakat.
Bagi dia, pembangunan rel kereta api di Kalsel bakal selaras dengan pelibatan sumber daya manusia asli daerah.
"Jangan sampai pembangunan di Banjarmasin, Kalsel, tapi yang bekerja dari luar Kalsel," ucapnya.
Ide membangun kereta api di Kalsel sejatinya bukan hal baru. Apalagi ketika memasuki masa kampanye.
Janji Tinggal Janji!
Janji serupa juga pernah dilontarkan Jokowi. Empat tahun silam. 2019, saat dia berkampanye di Stadion 17 Mei, 2019 silam.
Namun begitu, nyatanya sampai kini proyek tersebut belum terlaksana. Sekalipun Jokowi telah terpilih kembali menjadi presiden.
Bahkan rencananya saja tak masuk lagi dalam program strategis nasional atau PSN. Di Kalsel, satu-satunya PSN saat ini adalah Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Jorong.
Baca Juga: Jika Jadi Presiden, Anies Ogah Lanjutkan Megaproyek IKN
Studi kelayakan megaproyek kereta api Kalsel sedianya telah selesai. Namun pemerintah daerah provinsi masih menunggu persetujuan lanjutan Kementerian Perhubungan.
Soal rute, sesuai rencana awal megaproyek kereta api Kalsel bakal mencakup Kabupaten Tabalong menuju Kota Banjarmasin. Membentang sepanjang 196 kilometer. Bahkan juga direncanakan terhubung sampai ke Kalteng.
Masalahnya, megaproyek ini tersendat lantaran belum adanya investor yang berminat. Biar tahu butuh tak kurang dari Rp24 triliun untuk merealisasikan proyek ini.
Baca Juga: Anies Umbar Janji ke Warga Tanah Merah: Beresin Konflik Pertamina
Tahun ini beberapa kali bakabar.com mencoba mengonfirmasi Menteri Perhubungan. Namun Budi Karya Sumadi hanya memasang sikap cuek.
Tak hanya dari sisi biaya. Pun dengan karakteristik Kalsel sebagai daerah yang mayoritas dilalui oleh sungai.
Lantas apakah moda transportasi ini masih relevan dengan kebutuhan transportasi masyarakat Kalsel?
Kalimantan Berhak Dapat Kereta
bakabar.com menyodorkan pertanyaan ini ke Dosen Antropologi Universitas Lambung Mangkurat, Nasrullah.
"Mengenai janji Anies atau janji janji calon presiden atau mungkin menteri atau siapapun itu membangun kereta api, semuanya berpotensi dibatalkan," jelas Nasrullah dihubungi bakabar.com Selasa siang (5/12).
Terkait janji Anies, Nasrullah melihat publik jangan melihat dulu asas kemanfaatannya. Yang penting apakah megaproyek itu bisa terlaksana apa tidak.
Baca Juga: Anies Ingin Jadikan Indonesia Negara Hukum
"Semuanya akan berpotensi dibatalkan jika yang memberikan janji itu terpilih tanpa adanya support politik," jelasnya.
Menurutnya, moda transportasi kereta api masih relevan dengan kebutuhan masyarakat Kalsel saat ini. Terutama di wilayah pedalaman.
Ia pun mendorong agar para calon presiden dapat meningkatkan nilai tawar megaproyek ini. Salah satunya dengan memperluas jangkauan.
"Kita lihat janji-janji yang sudah ada, maka kalau mau beri janji lebih tepat sampaikan bahwa pemerintah pusat akan membangun jalur kereta api lingkar Kalimantan. Jadi terkoneksi antar-seluruh Kalimantan," jelasnya.
Bukankah kalau begitu biayanya akan semakin membengkak? Justru itu, kata Nasrullah, peluang terwujudnya juga semakin besar.
"Biaya kecil bisa batal, tapi biaya besar akan sangat mungkin terwujud mengingat dukungan politik, dukungan seluruh pihak, dan akumulasi dari pendapatan nasional dengan segenap potensi daerah akan men-support terbangunnya jalur kereta tersebut," jelasnya.
Tentu saja akan ada banyak pihak yang menolak. Terutama mengingat akan berkurangnya kendaraan dan bisnis angkutan pribadi.
Namun Nasrulah melihat manfaat kereta api juga tak kalah besarnya. Terutama untuk mobilitas penduduk di Kalsel.
"Anak-anak yang sekolah, tidak lagi mengeluarkan biaya besar untuk bepergian dari satu kota asal ke kota di mana dia sekolah, dari daerah pedalaman dia tinggal masuk satu kota dan dia naik kereta api sampai ke kota tujuan," jelasnya.
Apalagi untuk para pekerja kantoran yang bepergian bolak-balik setiap hari. Mereka tidak lagi harus memprioritaskan rumah di tempat dekatnya bekerja.
"Selama dia bisa terkoneksi dengan kereta maka dia masih bisa bepergian tiap pagi dan pulang tiap sore hari," jelasnya.
Maka, Nasrullah melihat manfaat dari kereta api begitu besar. Hanya saja masih minim dukungan.
"Sehingga kita perlu kekuatan besar. Kita perlu jalur kereta api yang lebih besar, Kalimantan berhak mendapatkan itu," jelasnya.
Adanya megaproyek Ibu Kota Nusantara di Kaltim yang berbatasan langsung dengan Kalsel bisa menjadi alasan kuat.
Tanpa kereta api, pusat pemerintahan di sana tidak akan terkoneksi dengan maksimal dengan daerah sekitarnya.
Tanpa adanya jalur kereta api, maka berkah IKN hanya akan dirasakan oleh segelintir masyarakat.
Baca Juga: Anies-Cak Imin Tolak IKN, Menteri Bahlil: Halusinasi!
"Jika begitu IKN ini menjadi elitis yang hanya dirasakan oleh sebagian lapisan masyarakat," jelasnya.
Masalah IKN akan terealisasi atau tidak, menurutnya itu urusan lain. Yang penting jalur kereta api sudah harus menyentuh Kalsel dan sekitarnya.
"Agar masyarakat luas juga merasakan berkah IKN maka jalur kereta api yang dibuat harus mengelilingi Kalimantan," pungkas antropolog yang sedang student exchange program Doktoral di Departemen Kultural Sosiologi and Antropologi Universitas Wina, Austria ini.