bakabar.com, BANJARMASIN - Kondisi perpustakaan di RTH Kamboja Banjarmasin terlihat memprihatinkan.
Pantauan media ini, koleksi buku di sana masih kurang. Selain itu, keberadaan perpustakaan sepertinya kurang diketahui. Sebab, menurut pengakuan petugas penjaga, untuk mendatangkan pembaca, mereka mesti jemput bola terlebih dahulu.
"Biasanya kalau ada anak-anak sekolah yang sedang berolahraga, kami datangi gurunya, kami tawarkan untuk membaca di perpustakaan," kata Fauziah, salah seorang petugas penjaga perpustakaan ditemui, Selasa (6/12).
"Kebanyakan dari mereka masih belum tahu. Setelah diberitahu, mereka lalu mau datang," tambahnya.
Apakah para murid sekolah merasa puas? Jawabannya Belum. Ada faktor kendala lain. Yakni, buku yang ada diperpustakaan, belum bisa menjawab keinginan para pengunjung.
"Di sini, kami hanya berharap koleksi buku bisa ditambah lebih banyak lag dan beragam. Katanya, tahun depan akan ditambah sekitar 1.000 buku lagi. Semoga saja," ujarnya.
"Apalagi, sebenarnya yang datang ke sini tidak hanya anak-anak. Remaja pun banyak. Termasuk mahasiswa," tekannya.
Bagi Fauziah dan petugas lain, pemandangan ketika masyarakat bisa berkunjung ke perpustakaan dan membaca buku, sangat menyenangkan hati mereka.
Fauziah menyebut, kunjungan ke perpustakaan masih jauh dari kata banyak. Padahal, perpusatakaan itu dibuka setiap hari kerja.
Yakni Senin hingga Jumat. Hari Senin hingga Kamis, perpustakaan buka dari jam delapan pagi, hingga hampir jam lima petang. Sementara hari Jumat, perpustakaan dibuka jam delapan hingga jam sebelas siang.
Di sisi lain, alih-alih berbicara soal seberapa banyak kunjungan, keberadaan perpusatakaan itu saja sangat jarang diketahui oleh masyarakat.
Padahal, kebaradaan perpustakaan di sana cukup menarik. Di salah satu sudut taman, berdiri sebuah bangunan berkonsep industrial dua lantai. Dibuat dari tiga buah peti kemas yang disusun selang-seling.
Antara dua kontainer ditopang sejumlah tiang. Ada teras, juga tangga.
Masuk ke dalam, ada meja dan bangku. Di sejumlah rak, tersusun buku-buku koleksi perpustakaan.
Pembangunan taman baca itu digagas oleh Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Banjarmasin pada 2019 lalu, selesai pada tahun 2020.
Anggarannya, termasuk dalam pembangunan lanjutan RTH Kamboja. Saat itu, biaya yang digelontorkan sebesar Rp6 miliar. Dari APBD Tahun 2019.
Namun, sejak selesai hingga tahun 2021 lalu, taman baca itu sangat minim kunjungan. Bahkan, meski ada petugas jaga, gedung itu justru tampak seperti dibiarkan terbengkalai.
Bagaimana dengan tahun 2022? Terlihat, ada sedikit kemajuan. Taman baca sudah berubah nama menjadi Perpustakaan RTH Kamboja.
Yang diketahui, kini perpustakaan itu dipakai oleh Dinas Perpustakaan dan Arsip (Dispersip) Banjarmasin.
Dari informasi yang dihimpun, status perpusatakaan tersebut adalah perpustakaan pembantu.
Saat ini, perpustakaan nampak sedikit dibenahi. Di atas peti kemas yang bersusun, sudah ada atap yang dipasang.
Padahal, bila mengingat sebelum ada atap itu, saat hujan mengguyur, bagian teras di lantai satu dan dua selalu basah.
Bila tidak dibersihkan, jangan harap bisa duduk santai di teras.
Di sisi lain, hujan yang mengguyur juga membuat rembesan air masuk ke bagian dalam ruangan utama perpustakaan.
Alhasil, basahlah bagian dalam perpustakaan itu. Dan tentu, membuat kondisi perpustakaan kian memprihatinkan.
"Seingat saya, atap ini baru selesai dipasang dua atau tiga hari yang lalu. Dikerjakan oleh DLH Banjarmasin," ungkap Fauziah.
Di perpusatakaan sendiri ada tiga petugas lagi selain Fauziah. Kemarin (6/12), mereka tampak sibuk mendata, juga merapikan buku-buku yang ada di lantai satu.
"Sementara baru lantai satu ini yang bisa dipergunakan. Karena di sini lumayan banyak dan beragam buku-bukunya," ujar petugas lainnya, Nor Hasanah.
"Di lantai dua itu ada buku-bukunya. Tapi buku komik. Dan jumlahnya belum banyak," tambahnya.
Nor Hasanah maupun Fauziah, baru bulan September tadi ditugasi di perpusatakaan itu. Keduanya bilang, saat datang ke perpustakaan, kondisinya tak jauh berbeda dari kondisi sekarang.
Rak buku yang diletakkan di lantai bawah dan atas, misalnya, tidak semuanya terisi. Masih banyak yang kosong.
Koleksi bukunya pun masih tidak diperbaharui. Dari sebanyak 1.500 buku yang ada di perpustakaan itu, mayoritas hanya ada buku-buku lama.
Lalu, kondisinya juga cukup memprihatinkan. Tak bersampul, juga tampak kucel. Kalau pun ada buku baru, jumlahnya juga tak banyak.
"Maka dari itu, kami meminta bantuan lagi beberapa orang untuk merapikan dan mendata buku-buku apa saja yang ada," ujar Nor Hasanah.
"Sejauh ini, yang ada hanya buku ilmu pengetahuan umum, buku agama dan buku komik. Di sini, terus terang, kami kekurangan buku untuk anak-anak. Sebagai ibu yang punya anak remaja, buku bacaan para remaja pun masih kurang," sambungnya.
Belum termasuk dengan kondisi ruang baca yang bercampur dengan ruangan petugas jaga Perpustakaan RTH Kamboja tersebut.
Saat kedatangan keduanya, tak ada pendingin ruangan bahkan lampu penerangan.
"Dulu waktu awal-awal sangat panas, hanya pakai kipas angin. Sekarang, alhamdulillah ada AC," jelasnya.
Kalau pun ada yang kurang, kini hanya toilet dan alat penunjang, seperti komputer.
"Kami di sini hanya punya satu laptop. Itu pun, suka error. Sulit untuk digunakan mendata buku-buku yang ada," jelas Fauziah.
Sedangkan toilet, mereka berharap dibangun di lokasi yang berdekatan dengan perpustakaan ini.
Bukan tanpa alasan. Mengingat setiap kali petugas perpustakaan hendak ke toilet, mereka harus berjalan jauh sambil membawa air dalam ember.
"Apalagi kami di sini orang-orang tua, capek kalau ingin ke toilet harus berjalan jauh dan membawa air," tuturnya.
Terpisah, Kepala Dinas Perpustakaan dan Arsip (Dispersip) Banjarmasin, Ikhsan Alhak mengakui bahwa kondisi serta koleksi buku di Perpustakaan RTH Kamboja, masih jauh dari yang diharapkan.
Yakni, menjadi tempat yang nyaman untuk dikunjungi, juga menjadi tempat yang banyak menyediakan buku-buku bacaan.
"Karena sifatnya hanya sebagai perpustakaan pembantu. Jadi koleksinya tak sebanyak dengan perpustakaan yang Kota Banjarmasin yang ada di Siring Pierre Tendean," ujarnya.
Ketika disinggung terkait apakah bakal ada menambah koleksi buku di situ, Ikhsan menyatakan ada.
Lebih jauh, Ikhsan juga membeberkan, pihaknya tak bisa berbuat banyak terkait kondisi perpustakaan itu. Alasannya, karena pihaknya terkendala kepemilikan aset.
"Kami ini hanya sebagai pihak yang menempati alias memakai. Aset dan lain sebagainya itu kan milik DLH Banjarmasin. Posisi kami hanya sebagai pemakai," tekannya.
Alhasil menurutnya, ketika ingin melakukan sesuatu, misalnya ingin menambah atau membongkar apa yang ada pada bangunan itu, maka harus seizin DLH.
"Berbeda bila pengelolaannya diserahkan ke kami. Kami bisa menganggarkan terkait rehab dan lain sebagainya," ujarnya.
Alhasil, Ikhsan lantas berharap, nantinya pengelolaan dan pemeliharaan aset bangunan perpustakaan itu bisa diserahkan kepada pihaknya.
"Jadi kami bisa menganggarkan. Fasiliatas atau sarprasnya bisa kami lengkapi. Bahkan, mungkin, kami pun bisa menugaskan petugas dengan jam kerja lebih lama lagi," harapnya.
"Sejauh ini, yang jadi milik kami kan hanya buku-buku itu saja," tekannya.
Disinggung terkait jumlah kunjungan, Ikhsan mengklaim bahwa perpustakaan itu tak pernah sepi kunjungan.
"Pagi yang paling ramai atau saat jam olahraga," tandasnya.