Tak Berkategori

Memasuki Kemarau, Petani Limau Keprok Terancam Gagal Panen

apahabar.com, MARTAPURA – Memasuki musim kemarau, mayoritas kebun jeruk siam milik Petani di Astambul, Kabupaten Banjar…

Featured-Image
Salah seorang petani Jeruk Siam di Desa Sungai Arpat, Astambul, Kabupaten Banjar mengaku pohon jeruk miliknya sudah banyak yang mati menjelang musim panen Juli ini.  Foto-apahabar.com/Ahmad

bakabar.com, MARTAPURA – Memasuki musim kemarau, mayoritas kebun jeruk siam milik Petani di Astambul, Kabupaten Banjar terancam gagal panen.

Jeruk Siam, jika di tanah Banjar lebih dikenal dengan nama Limau Keprok. Selain kemarau, mereka dirundung sejumlah problema, seperti serangan hama, dan minimnya alat pengairan.

Karena hama, H. Najaruddin salah seorang petani Jeruk Siam di Desa Sungai Arpat, Astambul, Kabupaten Banjar mengaku, pohon miliknya sudah banyak yang mati jelang musim panen Juli ini.

“Hama itu menyerang buah dan batang pohon jeruk,” jelas dia, kepada bakabar.com, belum lama ini.

Najaruddin sudah menggeluti pekerjaan sebagai Petani jeruk Siam sejak 1994 atau lebih tepatnya 25 tahun silam.

“Kupu-kupu itu merusak bagian kulit jeruk hingga berwarna hitam, dan serangga penggerek menyerang batang pohon hingga mati, dan sampai saat ini belum ada solusinya,” sambung Najaruddin.

Selain hama, kata pria yang tergabung dalam kelompok tani ‘Mekar Padi’ yang memiliki sebanyak 25 anggota ini, musim kemarau juga menjadi biang kerok lainnya.

“Karena kemarau kebanyakan jeruk yang siap panen tidak berair (Kapau) hingga mengakibatkan jeruk mikik kami tidak laku dijual,” tuturnya.

Serupa dengan petani lainnya, lahan milik H. Najamuddin seluas 2,5 hektare tidak memiliki pompa air dan hanya bergantung pada sumur galian.

Upaya yang ia lakukan agar tak gagal panen hanya dengan melakukan pemupukan secukupnya.

“Kami berharap pemerintah daerah (Pemda) Banjar agar membantu kami baik berupa pengadaan pupuk dan pompa air dari sumur bor, utamanya saat musim kemarau ini,” tutur Najaruddin.

Sekalipun berkurang, kebun Najaruddin yang memiliki 2.000 batang pohon itu masih menghasilkan sebanyak 500 buah tiap pohonnya.

“Kami dapati 10 buah tidak berair,” jelas dia.

Menurutnya, jeruk bernama latin ‘Citrus Suhuiensis’ itu memiliki citarasa manis dan bernilai jual tinggi sekalipun masa panennya beriringan dengan daerah lain.

“Jeruk siam yang kita tanam ini berbeda dengan daerah lain yang memiliki struktur tanah yang banyak mengandung zat kapur,” ucap H. Najaruddin.

Selain di Banjar, hasil panen dari kebun jeruk miliknya dipasarkan ke wilayah tetangga, seperti Kota Banjarbaru, dan Banjarmasin.

Di saat yang bersamaan, Kepala Badan Penyuluhan Pertanian (BPP) Astambul, Muhammad Mardiansyah membenarkan, saat ini seluruh petani Jeruk Siam tengah dirundung problema organisme pengganggu tanaman (OPT) seperti, Diplodia Basah dan Kering.

“Seharusnya apabila terdapat gejala itu bisa kita tanggulangi dengan cara memberikan bubur California atau bubur Burdock,” jelas dia.

“Atau bisa juga menggunakan puradan yang direbus dan dikasih sabun colek yang kemudian dioleskan ke batang pohon. Sedangkan faktor tidak berairnya buah itu lantaran kekurangan unsur atau akibat sinar matahari yang berlebih,” tuturnya.

Sebagai buah unggulan Kabupaten Banjar, kata Mardiansyah, petani sudah semestinya menerapkan sistem, pemupukan dan irigasi yang baru.

“Dengan ‘Bujang Seto’ kita tidak lagi dalam setahun melakukan 2-3 panen jeruk. Saat ini perkebunan jeruk kita tahunya hanya mempecepat panen,” ujarnya mengakhiri.

Baca Juga:Mengintip Kiat Sukses Habib Hamid, Petani Jamur Tiram asal Martapura

Baca Juga: Antisipasi Kemarau, Pemkab Tanbu Dirikan Posko Patroli Kekeringan

Reporter: AHC 15
Editor: Fariz Fadhillah



Komentar
Banner
Banner