Regional

Memaknai Ketupat, Sajian Khas Lebaran yang Punya Banyak Filosofi

Ketupat atau kupat sebenarnya disarikan dari kosa kata bahasa Jawa yakni Ngaku Lepat atau dalam bahasa Indonesia artinya mengaku salah.

Featured-Image
Slamet penjual ketupat di Pasar Kaponan, Kamis (20/4) (apahabar.com/arimbihp)

bakabar.com, MAGELANG - Tinggal menghitung hari, umat Muslim akan segera merayakan Lebaran. Berbagai persiapanpun dilakukan sesuai adat dan tradisi masing-masing daerah, mulai membersihkan rumah hingga menyediakan aneka kuliner khas.

Salah satu kuliner sekaligus adat yang melegenda di berbagai daerah di Indonesia adalah menyediakan ketupat. Tak banyak yang tahu, sajian ketupat ternyata bukan sekedar kuliner yang disediakan untuk menjamu tamu.

Ketupat atau kupat sebenarnya disarikan dari kosa kata bahasa Jawa yakni Ngaku Lepat atau dalam bahasa Indonesia artinya mengaku salah.

Baca Juga: Kronologi Rumah Warga yang Meledak Akibat Bahan Mercon di Salaman Magelang

Penjual ketupat di Pasar Kaponan, Slamet (36) mengatakan, kupat juga disarikan dari akronim Laku Papat yang dalam bahasa Indonesia artinya empat hal dalam perjalanan hidup.

"Empat  hal tersebut yakni Lebaran, Luberan, Leburan dan Laburan," kata Slamet saat ditemui bakabar.com di Pasar Kaponan, Kecamatan Pakis, Kabupaten Magelang, Kamis (20/04).

Bukan cuma itu, Slamet menceritakan, bahan membuat ketupat juga tak sembarangan, yakni harus menggunakan janur atau daun kelapa yang masih muda.

Asal Muasal Kata Janur

Pasalnya, menurut dia, janur juga disarikan dari bahasa Arab yakni Ja'a Nuurun.

"Ja'a Nuurun artinya telah datang cahaya kebahagiaan karena telah selesai menjalankan ibadah puasa, dan kembali suci dihari Idulfitri," paparnya.

Pria paruh baya yang sudah menggeluti usaha jual ketupat itu mengatakan janur juga membawa pesan, agar manusia lebih peduli pada lingkungan.

"Janur bahannya alami, bukan plastik, jadi lebih cepat terurai tanah," paparnya.

Baca Juga: Kesaksian Warga Korban Ledakan: Ada Api Membumbung dan Suara Keras

Menjelang Lebaran 2023 ini, Slamet mengaku bersyukur lantaran penjualan ketupat miliknya di Pasar Kaponan laku keras. Hari ini misalnya, ia sudah menjual 15 ikat ketupat yang masing-masing ikatnya berisi 10 ketupat dengan harga per ikatnya Rp35 ribu.

Pembuatan ketupat memerlukan ketelatenan dan kesabaran itulah yang membuat harganya cukup mahal. Dalam sehari, Slamet mampu membuat ratusan ketupat untuk dijual di pasar tradisional. Ia mengaku akan menjual ketupat sampai H-1 Lebaran.

"Saya hanya membuat se capeknya, tidak terlalu berambisi, nanti maknanya bisa hilang," katanya kepada bakabar.com.

Baca Juga: Jalur Alternatif Solo-Semarang via Merbabu Kopeng Rawan Macet

Terlebih menurut Slamet, Pasar Kaponan hanya ramai ketika weton Pon saja. Karena itulah, pasara tersebut diberikan nama Kaponan.

"Kalau hari biasa ya sepi, ini kebetulan Pon dan bersamaan dengan arus mudik serta tradisi prepegan," jelasnya.

Slamet juga bersyukur lantaran penjualan kupat sekaligus suasana perayaan Lebaran 2023 bisa lebih meriah.

"Tidak seperti waktu masih Covid-19, sepi, saya buat 5 ikat saja belum tentu laku, seperti tidak ada Lebaran," ujar Slamet.

Editor


Komentar
Banner
Banner