bakabar.com, JAKARTA - Masih belum menemukan titik terang, PSSI maupun PT Liga Indonesia Baru (LIB) dinilai lamban menangani tragedi di Stadion Kanjuruhan yang terjadi 1 Oktober 2022.
Penilaian tersebut menjadi kesimpulan survei yang dilakukan Football Institute terhadap 1.200 responden dari berbagai kategori suporter klub sepakbola.
Beberapa kategori yang dimaksud adalah kepemilikan Kartu Tanda Anggota (KTA) suporter, rutin menonton pertandingan di stadion dan televisi, kemudian memiliki anggaran khusus untuk mendukung klub kesayangan.
Football Institute melakukan survei dalam rentang 15 hingga 21 Oktober 2022 menggunakan metode 'Multistage Random Sampling' dengan angka margin error sebesar 2,83 persen.
"Sebanyak 47 persen responden menilai PSSI lamban dalam menangani Tragedi Kanjuruhan," papar pendiri Football Institute, Budi Setiawan, Senin (31/10).
Kemudian sebanyak 24,7 persen menilai PSSI sangat lamban. Sementara hanya 14,1 persen yang menganggap PSSI bergerak cepat, lalu 11,2 persen netral, serta 3 persen menilai PSSI cepat dan responsif.
Lalu terkait tanggung jawab PSSI menangani Tragedi Kanjuruhan, publik menilai bahwa otoritas sepakbola ini tidak bertanggung jawab sebesar 35,8 persen dan sangat tidak bertanggung jawab 17,9 persen.
Baca Juga: Korban Meninggal Tragedi Kanjuruhan Malang Bertambah Satu Orang, Total 135
Baca Juga: IPW: Polri Jangan Ragu Tersangkakan Ketua PSSI Terkait Tragedi Kanjuruhan!
Alasan suporter menilai PSSI tidak bertanggung jawab adalah saling lempar tanggung jawab dan menyalahkan pihak lain.
Kemudian lamban dalam penanganan, kurang profesional dalam bicara kepada publik, lari dari tanggung jawab, jalan di tempat dalam penanganan kasus, dan kurang responsif.
Dalam survei tersebut, juga dimasukkan pandangan publik terhadap PT Liga Indonesia Baru (LIB) sebagai operator Liga 1 dan Liga 2.
Berdasarkan hasil survei, mayoritas publik tidak puas dengan cara PT LIB menjalankan roda kompetisi. Namun persentase responden yang puas dan tidak puas terpaut tipis.
"Sebanyak 33,4 persen responden tidak puas terhadap PT LIB. Kemudian 31 persen biasa-biasa saja. Lalu 17,2 persen sangat tidak puas, 17 persen puas, serta 1,4 persen sangat puas," beber Budi.