bakabar.com, BANJARMASIN – Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kalsel, Hanifah Dwi Nirwana menyebut Bumi Lambung Mangkurat mengalami peningkatan penghijauan sekalipun banjir kerap menerjang.
Hanifah menyebut tutupan lahan di Kalsel meningkat yang secara otomatis berdampak pada peningkatan kualitas lingkungan hidup.
Kualitas lingkungan hidup tahun 2021 Kalsel, kata dia, meningkat jika dibanding tahun 2020, dari 68,43 persen menjadi 70,90 persen.
“Indeks tutupan lahan dinilai dari KLHK (Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan) melalui citra satelit dan melalui penilaian langsung ke lapangan,” ujar Hanifah usai pemaparan di Rapat Pansus RPJMD 2021-2026 dengan Komisi III, Senin (27/12).
“Jadi kita untuk nilai-nilai ini gak ada yang main-main semuanya berdasar data dan fakta yang ada di lapangan,” sambung Hanifah.
Instrumen lingkungan hidup yang diukur, antara lain kualitas air yang rutin tiga kali dalam satu tahun terakhir di sejumlah titik. Termasuk juga pengecekan
Hal itu kata Hanifah dicapai berkat upaya bersama menjaga lingkungan hidup. “Capaian ini tentu tidak bisa hanya dikerjakan sendiri,” ujarnya.
Upaya DLH, antara lain melakukan pengendalian pencemaran dan perusakan di Sungai Martapura. Termasuk indeks kualitas udara, dan indeks kualitas tutupan lahan.
Pernyataan Hanifah sekaligus menanggapi hasil rapat paripurna DPRD Kalsel, November lalu.
Fraksi PKS sempat membuka data Indeks Kualitas Lingkungan Hidup (IKLH) Kalsel yang terdiri atas 13 kabupaten/kota terburuk dengan angka 57.51 atau menempati urutan 26 dari 34 provinsi di Indonesia.
“Rendahnya IKLH Kalsel merupakan fakta yang tidak bisa diabaikan sehingga perlu berbagai upaya untuk memperbaiki,” kata Juru Bicara Fraksi PKS, Gusti Rosyadi Elmi.
Oleh karenanya, PKS menyarankan agar Pemprov maupun pemerintah daerah setempat segera melakukan upaya reboisasi atau penghutanan kembali dan rehabilitasi tutupan hutan dan lahan yang rusak.
Hal itupun terbukti dari deretan bencana ekologis yang dialami Kalsel sepanjang 2020 lalu.
Dari awal tahun, banjir bandang menerjang sejumlah wilayah seperti Kabupaten Hulu Sungai Tengah (HST), Kabupaten Banjar, Kabupaten Tanah Laut dan Kota Banjarmasin.
Musibah itu pula menjadi salah satu yang terparah sepanjang sejarah Kalsel.