bakabar.com, BANJARMASIN – Masifnya kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) memicu Dinas Kehutanan Provinsi Kalimantan Selatan menutup sementara Taman Hutan Raya (Tahura) Sultan Adam, Mandiangin.
“Penutupan Tahura apabila keadaan di lapangan tak memungkinkan untuk dibuka untuk wisata,” ucap Kepala Dinas Kehutanan Kalimantan Selatan, Honif Hanif Faisol Nurofiqkepada awak media, Jumat (23/8) malam.
Seperti yang telah diketahui, kata dia, kesadaran masyarakat tak terlalu tinggi pada saat kunjungan ke Tahura Sultan Adam, Mandiangin.
Terlebih, saat malam hari dengan cuaca dingin, pelancong malah terpacu untuk menyalakan api unggun.
“Kemarin hampir saja kejadian dan sempat merambat. Untungnya langsung dipadamkan,” ungkapnya.
Jalan yang dinilai paling efektif untuk mencegah kejadian serupa, yakni dengan cara menutup sementara hingga kondisi benar-benar aman.
Apabila terus dioperasikan, maka kerugian yang ditimbulkan berbanding terbalik dengan retribusi yang masuk ke kas daerah. Mengingat, sampai saat ini retribusi Tahura yang masuk mencapai Rp1,2 miliar.
“Namun apabila terjadi kebakaran, maka angka yang digelontorkan akan lebih besar. Sehingga Kepala Tahura mengambil langkah tepat untuk mengatasinya,” bebernya.
Kalau pun dioperasikan, sambung dia, maka batas pengunjung hanya berada di kaki Tahura. Mengingat, resiko yang sangat besar sekali. Bahkan, api sedikit memicu kebakaran yang cukup luas.
“Suhunya di Tahura lebih dari hari biasanya. Apalagi, cahaya yang memantul di batuan cukup tinggi. Itulah penyebab Tahura krisis sepanjang tahun,” katanya.
Menurutnya, berdasarkan informasi BMKG puncak dari musim kemarau terjadi pada September mendatang.
Ia pun telah menginstruksikan kepada seluruh staf agar melengkapi mobil dengan alat-alat pemadam kebakaran.
“Kapanpun terjadi, baik siang atau pun malam, semuanya bergerak,” pungkasnya.
Baca Juga: Kalteng Kurang Siap Tanggulangi Karhutla
Baca Juga: Bati-Bati, Jorong dan Tambang Ulang 'Penyumbang' Terbanyak Karhutla
Reporter: Muhammad Robby
Editor: Syarif