bakabar.com, BANJARMASIN - Bulan Ramadan juga dinamakan dengan bulan sabar. Manusia diuji keimanan dan ketakwaannya dengan menjalankan hal-hal yang telah diperintahkan oleh-Nya.
Dalam sebuah hadis, Rasulullah bersabda, "Puasa adalah setengah dari kesabaran." (HR Tirmidzi).
Marah Tidak Membatalkan Puasa
Ada dua jenis batal puasa. Pertama, batal puasanya. Kedua, batal pahala puasanya. Adapun yang membatalkan puasa sudah jelas seperti misalnya makan, minum, dan jima' atau melakukan hubungan suami istri. Sementara itu, yang membatalkan pahala puasa antara lain berpuasa tetapi masih suka berghibah, memfitnah orang lain, iri dengki, dusta, dan juga marah.
Batal pahala puasa tidak berarti batal puasanya. Puasa orang tersebut sah tetapi ia tidak mendapatkan apa-apa dari puasanya selain lapar dan dahaga.
Dalam buku Setetes Embun Hikmah Ramadan, Drs. Sunhaji Hadi Mustofa menyebutkan berpuasa karena selain Allah, misalnya ingin agar dicintai kekasih, mertua, atau hanya sekadar ingin melangsingkan tubuh juga termasuk puasa yang batal pahalanya.
Mengurangi Esensi Puasa
Terkait pahala puasa, hal ini juga terkandung dalam hadits Rasulullah SAW tentang orang yang berpuasa tetapi puasanya sia-sia,
رُبَّ صَاىِٔمٍ حَظُّهُ مِنْ صِيَامِهِ الْجُوْعُ وَالْعَطَشُ
Artinya: "Berapa banyak orang berpuasa yang tidak mendapatkan apa-apa kecuali lapar dan dahaga saja." (HR. Ibnu Majah no.1690 dan Syaikh Albani berkata, "Hasan Shahih.")
Puasa bukanlah hanya menahan lapar dan dahaga saja, hendaknya juga menjauhi perbuatan yang haram dan sia-sia. Mengutip buku Ramadhan dan Pembangkit Esensi Insan oleh Shabri Shaleh Anwar, S.Pd.I. M.Pd.I, Jabir bin 'Abdillah menyampaikan sebuah petuah:
"Seandainya kamu berpuasa maka hendaknya pendengaranmu, penglihatanmu dan lisanmu turut berpuasa dari dusta dan hal-hal haram serta janganlah kamu menyakiti tetangga. Bersikap tenang dan berwibawalah di hari puasamu. Janganlah kamu jadikan hari puasamu dan hari tidak berpuasamu sama saja." (Lihat Latho'if Al Ma'arif, 1/168, Asy Syamilah).
Bahkan, Rasulullah pernah bersabda pahwa sesungguhnya puasa tidak hanya sekadar menahan diri dari makan, minum, dan hawa nafsu lainnya saja. Rasulullah selalu mengajarkan umatnya bahwa pada dasarnya puasa adalah waktu yang tepat untuk melakukan kebaikan-kebaikan.
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَيْسَ الصِّيَامُ مِنْ الْأَكْلِ وَالشُّرْبِ فَقَطْ، الصِّييَامُ مِنْ اللَّغْوِ وَالرَّفَثِ
"Rasulullah SAW bersabda, 'Puasa bukan sekadar menahan diri dari makan dan minum saja, puasa adalah menahan diri dari perkataan sia-sia dan keji.' (HR Baihaqi dan Al-Hakim).
Pentingnya Menahan Amarah
Meskipun marah adalah salah satu wujud dari emosi manusia, marah datangnya dari setan. Allah pernah berfirman dalam Al-Qur'an surat Az Zumar ayat 10 tentang keutamaan orang yang dapat menahan amarah.
إِنَّمَا يُوَفَّى الصَّابِرُونَ أَجْرَهُمْ بِغَيْرِ حِسَابٍ
Artinya: "Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang dibalas dengan pahala tanpa batas."
Setiap manusia dapat merasa marah kapan saja dan dimana saja, terlebih dalam kondisi yang membuatnya tertekan. Dengan berpuasa, diharapkan bisa menahan dan mengontrol amarah seseorang.
Salah satu sahabat pernah bertanya kepada Rasulullah SAW untuk menasihatinya, dan Rasulullah memerintahkannya untuk tidak marah. hal ini senada dengan hadits Rasulullah, diriwayatkan oleh Imam Bukhari dalam kitab Shahih Bukhari nomor 6116 dan Imam Tirmidzi dalam kitab Sunan Tirmidzi nomor 2020 dengan sanad yang shahih.
Dari Abu Hurairah berkata ada seseorang berkata kepada Rasulullah, "Berilah aku nasihat," kemudian beliau bersabda: "Jangan marah. kemudian orang tersebut mengulangi lagi beberapa kali. Beliau Rasulullah SAW bersabda, 'Jangan marah.'"
Baca Juga: Sering Marah-marah Saat Puasa? Simak Pesan Abah Guru Zuhdi
Jadi, seseorang yang puasa dan dapat menahan amarahnya dengan tidak melampiaskan emosinya maka ia akan tinggi derajatnya di sisi Allah. Begitu pula dengan pahala puasanya yang tidak sia-sia.
Demikian penjelasan dari apakah marah dapat membatalkan puasa. Semoga atas izin Allah kita semua senantiasa dapat terhindar dari emosi sesaat yang akan mengurangi pahala puasa.