bakabar.com, BANJARMASIN - Lembaga Sensor Film (LSF) RI menilai industri film Provinsi Kalimantan Selatan (Kalsel) bisa memberikan dampak tersendiri bagi daerah tersebut.
Hal ini disampaikan saat Sosialisasi Gerakan Nasional Budaya Sensor Mandiri di Kalsel, Hotel Banjarmasin pada Kamis (18/7/2024).
“Saya merasa bahwa film yang datang dari Kalsel itu kaya sebetulnya, tinggal perlu dikemas sedemikian rupa dan nilai nilai komersial itu tetap ada,” ujar Wakil Ketua LSF RI, Ervan Ismail.
Dengan begitu, Ervan mengatakan kesadaran masyarakat akan kritis dalam memahami tontonan konten maupun film sesuai standar usia. Diantaranya dampak positif serta negatif seperti kekerasan dan sensualitas.
“Suatu film itu misalnya ada nilai yang baik kita apresiasi, manakala kalau ada negatif yang kurang pas untuk anak-anak kita hindari,” ucapnya.
Ia pun menginginkan pengaruh film tersebut dapat membawa ke masa depan generasi bangsa Indonesia dan Kalsel.
Jadinya, lanjut dia bahwa mereka bisa didorong untuk menjadi film marker yang berkualitas, dan mempromosikan daerah Kalsel.
“Kalau daerahnya terkenal, investasi masuk, pariwisata bagus, masyarakat berkembang dan sejahtera,” tuturnya.
Baginya, para sineas yang membuat film di Kalsel sudah mengerti dengan potensi dari suatu tayangan.
“Di Kalsel semuanya baik, tidak pernah ada masalah dan tidak pernah diberikan sanksi,” pungkasnya.