Literasi Sektor Keuangan

Literasi Keuangan, INDEF: Pemahaman Masyarakat Masih Minim

Peneliti Ekonomi Digital INDEF Nailul Huda menjelaskan banyaknya masyarakat Indonesia yang masih kurang pagak dengan produk layanan keuangan.

Featured-Image
Peneliti Ekonomi Digital INDEF, Nailul Huda (Foto: Screenshoot/apahabar.com)

bakabar.com, JAKARTA - Peneliti Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Nailul Huda mengungkapkan masih banyak masyarakat Indonesia yang belum paham tentang produk layanan perbankan. Sejauh ini masyarakat berhasil mengakses layanan perbankan karena beragam tujuan.

Dari semua itu, ternyata hanya sedikit yang memahami dengan baik sejumlah layanan diberikan pihak perbankan. Itu membuktikan bahwa tingkat literasi terkait sektor keuangan masih rendah.

"Kalau kita lihat, sebenarnya literasi keuangan ini kan beda dengan inklusi keuangan. Nah kalau kita lihat memang di Indonesia ini sudah banyak yang memiliki akun bank, tapi masih relatif sedikit yang memahami mengenai risiko, manfaat, bahkan mengenal apa itu produk layanan keuangan," ujar Nailul dalam talkshow bertema Memasuki Era Virtual Banking di Indonesia, Senin (19/6).

Baca Juga: Kas Keliling-Literasi Keuangan, BI Kunjungi Wilayah Perbatasan Sulut

Nailul membeberkan hal tersebut sebagai bagian penting yang perlu diperbaiki. Masyarakat perlu memahami dengan baik sejumlah layanan yang diterbitkan, agar mereka tidak salah dalam mengambil keputusan.

"Nah ini sangat penting sekali untuk dipahami oleh masyarakat bahwa setiap produk layanan keuangan itu memiliki risiko," terang Nailul.

Ia mencontohkan hal-hal yang berbuntut risiko, di antaranya terkait dengan investasi. Meskipun tidak semua investasi memiliki risiko yang besar, karena ada juga yang memberi manfaat.

"Yang memiliki manfaat besar seperti asuransi, dan sebagainya," ujarnya.

Baca Juga: Dorong Literasi Keuangan UMKM, BI Bersinergi dengan Perguruan Tinggi

Meskipun saat ini sebanyak 85% masyarakat Indonesia telah memiliki akun perbankan, ternyata menurut Nailul, tidak semua paham tentang literasi keuangan, utamanya sistem digital. Hal itu karena kurangnya sosialisasi dan minimnya minat masyarakat untuk mengetahui layanan perbankan tersebut.

"Sebenarnya kalau di Indonesia ini kan 85% orang itu sudah mempunyai akun perbankan. Nah tetapi literasi keuangannya itu dibawah 50%, artinya itu cukup berbahaya," imbuhnya.

"Padahal literasi ini faktor intrinsik yang mendorong dan motivasi masyarakat untuk mencari informasi terkait produk keuangan syariah," katanya.

Baca Juga: Cegah Korban Investasi Bodong dengan Meningkatkan Literasi Keuangan

Menurut Nailul, minimnya literasi masyarakat sangat berbahaya, karena berhubungan dengan banyak hal. Masyarakat yang memiliki dasar literasi keuangan akan memiliki pengetahuan yang baik dalam mengelola keuangan.

Tanpa literasi keuangan, masyarakat berpotensi membuat keputusan yang salah tentang cara menabung atau menginvestasikan uangnya. Literasi keuangan juga memungkinkan individu mencapai tujuan keuangan, baik pendidikan anak, menyiapkan asuransi kesehatan, dan lainnya.

"Ini yang harus kita dorong lagi, bahwa literasi keuangan ini harus ditingkatkan agar masyarakat tidak terjebak pada penipuan, dan sebagainya yang sifatnya merugikan," pungkasnya.

Editor
Komentar
Banner
Banner