bakabar.com, JAKARTA - Pemerintah bersama Gerakan Nasional Literasi Digital (GNLD) Siberkreasi berkolaborasi dengan beberapa SMA di Kabupaten Pidie, Provinsi Aceh melaksanakan webinar literasi digital sektor pendidikan. Kegiata mengusung tema “Pendidikan Karakter Gen-Z di Era Digital” telah dilaksanakan pada Senin (22/5) pukul 10.00-12.00 WIB.
Webinar kali ini merupakan salah satu upaya dalam mempercepat transformasi digital di sektor pendidikan menuju Indonesia #MakinCakapDigital. Bertujuan meningkatkan kemampuan masyarakat dalam memanfaatkan teknologi digital secara positif, produktif, dan aman, yaitu dengan menyuguhkan materi yang didasarkan pada empat pilar utama literasi digital yakni kecakapan digital, etika digital, budaya digital, dan keamanan digital.
Berdasarkan laporan We Are Social, jumlah pengguna internet di Indonesia pada Januari 2022 mencapai 204,7 juta orang atau meningkat 2,1 juta dari tahun sebelumnya, dan dimana 191,4 juta penggunanya menggunakan media sosial. Namun, penggunaan internet tersebut membawa berbagai risiko, karena itu peningkatan penggunaan teknologi internet perlu diimbangi dengan kemampuan literasi digital yang baik agar masyarakat dapat memanfaatkan teknologi digital dengan bijak dan tepat.
Baca Juga: Literasi Digital di SMP Aceh Besar Bekali Sukses Belajar Online
Hasil survei Indeks Literasi Digital Nasional menunjukkan skor atau tingkat literasi digital masyarakat Indonesia pada tahun 2022 berada pada angka 3,54 poin dari skala 1-5. Hasil ini menunjukkan bahwa tingkat literasi digital di Indonesia masih berada dalam kategori sedang.
Direktur Jenderal Aplikasi Informatika (Dirjen Aptika) Semuel Abrijani Pangerapan menilai indeks literasi digital Indonesia belum mencapai kategori baik. “Angka ini perlu terus kita tingkatkan dan menjadi tugas kita bersama untuk membekali masyarakat kita dengan kemampuan literasi digital,” katanya melalui virtual.
Pada webinar yang menyasar target segmen pelajar SMA ini, sukses dihadiri oleh sekitar 500 peserta daring, dan juga dihadiri beberapa narasumber yang berkompeten dalam bidangnya, yakni narasumber Dian Ikha Pramayanti, SP.t., M.Si (Dosen, Writerpreneur, dan Entrepreneur), narasumber lain Razali, S.Pd., M.Pd (Kacab Dinas Pendidikan Wilayah Pidie dan Pidie Jaya), kemudian bersama Key Opinion Leader (KOL) M. Fadhil Achyari (Influencer / Public Speaker and Personal Branding Enthusiast), serta Siti Kusherkatun, S.Pd.I (Asih) sebagai juru bahasa isyarat dan dipandu oleh moderator Adnin Adinda Azmatunnisa.
Baca Juga: Literasi Digital di SMP Aceh Besar: Pentingnya Pendidikan Karakter Gen-Z
Sesi pertama, narasumber Dian Ikha Pramayanti, SP.t., M.Si menyampaikan materi terkait budaya digital, gen z harus menjadikan nilai-nilai Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika sebagai panduan karakter dalam berinteraksi di dunia digital, kemudian membuat konten yang mengandung budaya, mencintai produk Indonesia, dan memahami hak-hak digital salah satunya tidak melakukan bullying.
“Nilai Pancasila, nilai pertamanya itu cinta kasih, jadi adik-adik gak perlu jadi provokasi, atau mengirim komentar julid, atau benci hate speech di media digital, tapi bagaimana kita selalu menyebarkan cinta kasih, toleransi juga, kemudian sila keduanya, kesetaraan, kemanusiaan yang adil dan beradab," ujarnya.
"Kita harus memanusiakan manusia, karena yang kita hadapi di dunia nyata maupun dunia digital itu sama, walaupun di dunia digital kita tidak melihat chemistry-nya itu gak kerasa, tapi yang kita hadapi tetap manusia," sambungnya.
Baca Juga: Literasi Digital di SMA Pidie Jaya: Positif, Kreatif, dan Aman di Internet Jadi Kunci
Yang ketiga adalah persatuan Indonesia. Nilai utamanya harmonis. Tetap bersatu walaupun berbeda. Disatukan dengan Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika, sila keempatnya ada demokrasi, musyawarah.
"Kalau ada masalah silakan dimusyawarahkan, ada hal yang perlu disepakati silakan bermusyawarah, karena demokrasi, dari rakyat, untuk rakyat, oleh rakyat, kemudian sila kelima gotong royong, gotong royong ini tidak hanya dilakukan pada saat adik-adik ujian, bekerja sama, kan akan meringankan pekerjaan untuk ulangan atau ujian cepat selesainya, gitu ya, tidak, tapi hal-hal yang positif, misalnya pada saat piket, kemudian kerja sama di rumah pada saat membersihkan rumah, atau di masyarakat,” ujar Dian.
Giliran narasumber kedua, Razali, S.Pd., M.Pd menjelaskan mengenai literasi dalam berdakwah di dunia digital. Dakwah, kata dia, merupakan upaya mengajak orang lain untuk beriman kepada Allah SWT, mengajak melaksanakan semua perintah dan menjauhi segala larangannya.
Terdapat kelebihan dakwah melalui dunia digital yaitu pendakwah tidak perlu hadir dari satu mimbar ke mimbar yang lain, jangkauannya luas, hemat biaya dan waktu, serta dapat diakses kapan saja. Kekurangannya yakni adanya peluang bagi orang yang tidak bertanggung jawab untuk memanipulasi konten.
Bijaklah dalam menggunakan ponsel seluler, "HP ini menjadi katalisator membentuk karakter kita semua, dunia digital mampu menggiring suatu komunitas untuk bersikap positif, misalnya bisa memanfaatkan untuk mencari uang, membuat konten yang positif, banyak youtuber yang mempunyai penghasilan luar biasa, juga dapat berjualan di dunia digital tanpa modal, tanpa pasar, tanpa toko," jelasnya.
Itu semua asalkan pengguna dengan memanfaatkan ruang digital, "kemudian dakwah yang kita sampaikan di ruang digital, akan memberikan dampak yang dapat menyebabkan masyarakat itu akan berubah atau tidak, kemudian, kalau kita mau menyampaikan dakwah di ruang digital, saat ini banyak penceramah atau dai tingkat nasional banyak menggunakan dunia digital untuk menyampaikan dakwah secara langsung atau berupa teks, jika anak-anak kami mau berbagi kebaikan dengan teman-teman, maka pilihlah konten atau materi yang relevan, tidak kontroversial,” jelas Razali.
Selanjutnya, giliran M. Fadhil Achyari yang merupakan seorang influencer, tampil menyampaikan bahwa gen z harus memiliki kesadaran memanfaatkan ruang digital dengan hal positif seperti untuk belajar, berinteraksi, dan memberikan komentar positif. Selain itu, ketika mendapat informasi harus lebih bijaksana dalam menyebarkannya.
Baca Juga: Literasi Digital di SMP Aceh Besar: Pentingnya Pendidikan Karakter Gen-Z
“Hal positif yang sederhana adalah bagaimana kita menyebarkan informasi yang kita miliki itu berkaitan dengan hal-hal yang baik, misalkan dalam proses pembelajaran, ada satu mata pelajaran yang memang mungkin itu sangat sulit untuk dipahami, kita bisa sharing kepada teman-teman yang lainnya, kita bisa bertanya kepada teman yang lain itu menggunakan media sosial, ataupun misalnya teman-teman diberikan suatu pekerjaan rumah atau PR, itu teman-teman bisa menggunakan search engine seperti google, youtube dan lain sebagainya, itu bisa mencari informasi terkait pekerjaan yang diberikan oleh para guru, ” kata Fadhil.
Di akhir sesi webinar, para peserta diberikan kesempatan mengajukan pertanyaan yang dijawab langsung oleh narasumber. Kemudian 10 penanya yang beruntung berhak mendapatkan hadiah voucher e-money sebesar Rp. 100.000, serta E-sertifikat diberikan untuk para peserta webinar.
Pukul 12.00 WIB webinar literasi digital selesai, moderator menutup acara dengan mengucapkan salam, terima kasih dan tagline Salam Literasi Indonesia Cakap Digital.
Baca Juga: Literasi Digital di SMA Pidie Jaya: Positif, Kreatif, dan Aman di Internet Jadi Kunci
Kegiatan Literasi Digital Sektor Pendidikan di Provinsi Aceh merupakan salah satu rangkaian kegiatan dalam program Indonesia Makin Cakap Digital yang diinisiasi oleh Pemerintah bersama Gerakan Nasional Literasi Digital (GNLD) Siberkreasi untuk memberikan literasi digital kepada 50 juta orang masyarakat Indonesia hingga tahun 2024.
Adapun Informasi lebih lanjut mengenai kegiatan dan info literasi digital dapat diakses melalui website: literasidigital.id (https://literasidigital.id/) dan akun media sosial Instagram: @literasidigitalkominfo (https://www.instagram.com/literasidigitalkominfo/), Facebook Page: Literasi Digital Kominfo/@literasidigitalkominfo (https://www.facebook.com/literasidigitalkominfo),
Youtube: @literasidigitalkominfo (https://www.youtube.com/@literasidigitalkominfo).