bakabar.com, JAKARTA - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengungkapkan pangsa pasar industri halal dan keuangan syariah di Indonesia memiliki potensi yang sangat besar.
Berdasarkan State of the Global Islamic Economy (SGIE) Report 2022, Indonesia menempati peringkat keempat sebagai negara dengan konsumen produk halal di dunia.
"Tapi masih ada PR yang kita hadapi, kita masih menghadapi rendahnya tantangan indeks literasi ekonomi dan keuangan syariah. Berdasarkan survei OJK tahun 2022, literasinya (keuangan syariah) masih diangka 9,14% namun inklusinya sudah sampai 12,12%," ujar Kepala Grup Literasi dan Inklusi Keuangan Syariah OJK, Muhammad Ismail Riyadi, dalam keterangannya di Jakarta, Sabtu (1/7).
"Untuk indeks literasi ekonomi syariah memang sudah naik 23,3% tapi ini harus didorong lebih tinggi lagi menjadi 50% di 2024," imbuhnya.
Baca Juga: Bank DKI Sabet Penghargaan Layanan Digital Keuangan Syariah
Ismail melihat bahwa peningkatan literasi dan inklusi keuangan menjadi bagian yang harus kita lakukan secara kolaboratif baik oleh OJK, pemerintah, KNEKS, pelaku industri keuangan maupun elemen masyarakat lainnya.
"Karena industri halal dan literasi dan inklusi keuangan syariah harus saling menguatkan untuk berkembang. Dan pendekatan sekarang yang harus dilakukan dalam pengembangan keuangan syariah memang harus masuk ke ekosistemnya," tuturnya.
Oleh sebabnya, regulator memiliki 3 arah kebijakan strategis khusus literasi dan inklusi keuangan. Pertama, mengembangkan infrastrukturnya baik itu literasi dan inklusi keuangan syariah. Kedua, akselerasi dan edukasi keuangan syariah secara masif dan kolaboratif.
"Dan ketiga, pengembangan produk dan akses keuangan syariah melalui pendekatan ekosistem," ujarnya.
Baca Juga: Menteri Teten Beberkan 4 Area Fokus Kebijakan Pengembangan Ekonomi dan Keuangan Syariah
Senada, Direktur Infrastruktur Ekosistem Syariah KNEKS Sutan Emir Hidayat membeberkan upaya mendorong indeks literasi dan inklusi ekonomi dan keuangan syariah bisa difokuskan kepada generasi muda. Generasi muda sendiri sangat potensial untuk mendorong pengembangan produk dan jasa keuangan syariah.
"Dengan prediksi dan tren sosial berkembang tersebut maka sangat tepat jika pengembangan ekonomi syariah dan industri halal dikembangkan dengan pendekatan halal lifestyle, karena mampu mengkombinasikan antara sisi spiritual, psikologis, aktivitas sehari-hari, hobi, dan tren bisnis dalam satu tarikan nafas," ungkapnya.
Sementara itu, Kepala Unit Pengembangan Produk Syariah Bursa Efek Indonesia (BEI) Yunan Akbar menyebut faktor hambatan di pasar modal syariah meliputi pelaku, instrumen dan infrastruktur.
"Mengenai pelaku, tingkat literasi kita (pasar modal syariah) sangat rendah itu cuma 4,11% di 2022 jauh di bawah perbankan. Banyak masyarakat yang belum tersentuh karena mayoritas investor yang masuk pasar modal syariah adalah milenial," katanya.
Dari sisi instrumen datang dari sisi supply di mana varian instrumen pasar modal syariah sangat sedikit. Kemudian dari sisi infrastruktur seperti masih ada lack ketika melakukan transaksi dan pembukaan rekening.