Kerajinan Gerabah

Libur Panjang, Saatnya Berkunjung ke Sentra Gerabah 'Arum Art' Borobudur

Wisatawan yang mengunjungi Dusun Banjaran Kecamatan Borobudur terlihat antusias dan gembira. Sesekali mereka mengambil gambar sembari berswafoto di tepi jalan.

Featured-Image
Sentra gerabah Arum Art (Apahabar.com/Arimbihp)

Apahabar.com, Jakarta - Wisatawan yang mengunjungi Dusun Banjaran Kecamatan Borobudur terlihat antusias dan gembira. Sesekali mereka mengambil gambar sembari berswafoto di tepi jalan.

Mereka sengaja menghentikan kendaraannya di depan sentra gerabah Arum Art  di Dusun Banjaran 1, Karanganyar, Kecamatan Borobudur, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah. Sentara gerabah itu diketahui milik Supoyo (52), seorang seniman yang terkenal akan produksi gerabahnya.

Wisatawan yang mengunjungi Arum Art, langsung disambut hangat oleh Supoyo, istri dan anak-anaknya serta diajak untuk belajar membuat gerabah. Arum Art besutan Supoyo awalnya merupakan usaha kerajinan yang diwariskan oleh keluarganya secara turun temurun.

Menurut pengakuan Supoyo, di Dusun Karanganyar tempat ia tinggal, kegiatan kerajinan gerabah telah berlangsung, setidaknya sejak 300 tahun lalu. Kegiatan itu terus terpelihara hingga sekarang, diwariskan dari generasi ke generasi.

Baca Juga: Libur Panjang Iduladha: Borobudur Patok Target 350 Ribu Wisatawan

Hal itu dibuktikan dari relief yang ada di Candi Borobudur yang menggambarkan orang-orang yang tengah membuat gerabah. Menurut Supoyo, relief tersebut merupakan catatan sejarah tentang kegiatan memproduksi gerabah.

"Sudah lebih dari 50 tahun, ayah saya dulu memproduksi gerabah untuk dijual, kemudian saya lanjutkan, 2004, dikembangkan menjadi wisata edukasi," kata pemilik Arum Art, Supoyo (52) saat ditemui, Kamis (29/6).

Sentra gerabah Arum Art (Apahabar.com/Arimbihp)
Sentra gerabah Arum Art (Foto: Apahabar.com/Arimbihp)

Ide Supoyo mengembangkan Arum Art menjadi wisata edukasi berangkat dari banyaknya pengunjung yang ingin mencoba. Pengunjung yang penasaran akhirnya diberi kesempatan untuk membuat gerabah secara langsung saat berkunjung ke rumahnya.

"Awalnya dulu ada wisatawan asing minta diajari dari bentuk tanah liat, tetapi karena kami belum memiliki persiapan untuk kegiatan wisata maka pembuatan gerabah ke para turis yang datang hanya dilakukan seadanya. Padahal para turis asing itu terlihat sangat antusias," jelas Supoyo.

Baca Juga: Tiba di Magelang, Kaisar Jepang Antusias Pelajari Sejarah Candi Borobudur

Hingga lambat laun, dengan dukungan dan bimbingan dari berbagai pihak, Supoyo berhasil mengemas kegiatan produksi gerabah yang dilakoninya menjadi wisata edukasi. Ia pun mulai mematok harga untuk tiket masuk.

"Harga Tiket Masuk (HTM) nya Rp30.000, pengunjung bisa melihat dan membuat langsung gerabahnya di sini. Nanti hasilnya juga bisa di bawa pulang," ucap Supoyo.

Pengunjung yang datang akan diajarkan membuat beberapa bentuk sederhana, seperti asbak, atau pot kecil, sehingga tidak memerlukan waktu yang lama.

"Karena butuh pengeringan, kalau wisatawan berkunjung hanya sehari, hasilnya bisa dipaketkan ke rumah tempat tinggal asalnya," tuturnya.

Baca Juga: Pemerintah Bangun Museum hingga Siapkan Wisata Spiritual Borobudur

Supoyo mengaku, sebelum pandemi COVID-19, turis asing yang menjejak Dusun Klipoh untuk belajar membuat gerabah, jauh lebih banyak. Setelah pandemi, jumlahnya sedikit berkurang.

"Tetapi saat ini imbang ya, lokal, mancanegara ada semua, terutama saat akhir pekan dan long holiday seperti saat ini, jumlah pengunjung naik hampir 2 kali lipat," kata Supoyo.

Bahkan, saat ramai pengunjung, dalam sehari, Supoyo terpaksa harus melayani lebih dari 500 tamu dalam satu hari.Untuk kegiatan tersebut, ia dibantu istri dan anak-anaknya.

Selain membuka wisata edukasi, Supoyo masih terus memproduksi gerabah untuk dijual dan dijadikan buah tangan kepada pengunjung.

Baca Juga: Entitas Tunggal Pariwisata Borobudur, Jokowi Akan Terbitkan Perpres

"Ada 200 jenis karya gerabah, mulai dari asbak, vas bunga, hingga hiasan-hiasan yang kami produksi di Arum Art untuk dijual," ujar dia.

Ia menuturkan, gerabah yang dijual, harganya cukup bervariatif, mulai dari Rp20.000 hingga puluhan juta, tergantung ukuran dan tingkat kerumitannya.

Editor
Komentar
Banner
Banner