bakabar.com, KOTABARU – Menginjak hari kesembilan, Syarifah Zahra Alydrus tak kunjung pulang.
Ifah -sapaan wanita 22 tahun itu- hilang kabar sejak Kamis 27 Mei lalu. Dua hari sebelumnya, ia berpamitan ke bekas gurunya untuk mengikuti pelatihan di Surabaya.
Kondisi itu praktis membuat cemas orang tua dan para keluarga Syarifah. Apalagi sang ibu Siti Fatimah.
“Sampai hari ini kami menanti Syarifah cepat pulang, dan diketahui keberadaannya. Saya juga susah tidur,” Fatimah sembari terisak, Jumat (4/6).
Beberapa hari ini, Siti Fatimah susah tidur. Tangis Fatimah pecah saat mengingat canda Ifah bersama sang adik.
Sudah banyak keluarga yang menghubungi ihwal kabar Syarifah.
“Tapi sampai sekarang kami juga belum mendapatkan kabarnya dia di mana,” lirihnya.
Selain itu, Fatimah juga telah dikunjungi oleh pihak kepolisian guna dimintai laporan.
“Pak polisi juga sudah ada datang. Semoga mereka juga bisa secepatnya membantu menemukan keberadaan Ifah,” harapnya.
Sementara, Kasat Reskrim AKP Abdul Jalil memastikan anggotanya terus bergerak. Mengumpulkan data untuk menemukan keberadaan Syarifah.
“Kita juga berdoa. Semoga Syarifah segera ditemukan, dan kembali ke pelukan orang tua,” kata Jalil, Jumat siang.
Rabu 26 Mei, Ifah hanya pamit untuk berangkat kerja. Ifah sebelumnya berstatus karyawati katering di PT Hillcon, sebuah perusahaan tambang batu bara di Kotabaru.
4 hari berselang, Fatihah mendapat kabar jika Ifah tengah berada di Surabaya.
Kabar itu didapatnya dari seseorang bernama Sabari, seseorang yang mengaku sebagai bapak angkat Ifah di Banjarmasin.
Belakangan diketahui, Sabari merupakan mantan pelatih silat Syarifah Zahrah saat duduk di bangku SMA.
Sabari mengaku hanya membantu mengurus tiket keberangkatan Ifah. Setelahnya ia tak tahu apa-apa.
"Katanya di Surabaya ikut pelatihan," ujar Fatimah menirukan perkataan Sabari via seluler.
bakabar.com mencoba menghubungi langsung Sabari. Lewat sambungan telepon, Sabari menceritakan kronologi keberangkatan Ifah. Dari awal tiba di bandara hingga terbang menggunakan pesawat.
Sehari sebelum keberangkatan atau Selasa 25 Mei, Sabari menerima telepon dari Ifah.
Isi obrolan, kata Sabari, Ifah bermaksud meminta bantuan untuk pengurusan, atau pembelian tiket pesawat ke Surabaya.
Sabari mengaku sama sekali tak tahun kalau kepergian Ifah ke Surabaya tanpa sepengetahuan orang tua.
Kepada Sabari, Ifah akan berangkat ke Surabaya untuk kepentingan pelatihan kantor selama dua minggu.
Syarifah juga bilang kalau akan ada dua orang temannya yang akan menyusulnya ke Surabaya.
Tiket pun belum dibelikan, sebut Sabari, Ifah kembali mengontaknya dan mengaku sudah berada di bandara pada Kamis (27/6) pagi.
Lantaran khawatir Ifah bingung belum memegang tiket, Sabari buru-buru berangkat ke Bandara Syamsudin Noor usai salat subuh ditemani anaknya.
"Saya kaget. Tiba-tiba subuh Kamis itu Syarifah menelepon. Dia bilang sudah sampai di bandara jadi saya ke sana," ujar Sabari.
Sesampainya di bandara, Sabari bersama anaknya yang bekerja di bandara lantas menjumpai Syarifah. Saat ditanya, Syarifah sendiri mengaku belum membeli tiket.
Selanjutnya, tanpa ada firasat apapun, anak Sabari mengantarkannya untuk membeli tiket.
"Saat itu, Syarifah masuk membeli tiket diantar anak saya. Saya di luar menunggu," terang Sabari.
Selesai membelikan tiket, Ifah kembali mengambil tas, Dan diantar anak Sabari menuju ruang tunggu keberangkatan.
Sebelum berpisah, Sabari sempat bertanya Apakah di Surabaya akan ada yang menjemput. Ifah hanya menjawab," Sudah ada yang siap menjemputnya."
Lantas Sabari mewanti-wanti kalau tidak ada yang menjemput Ifah harus hati-hati.
"Sebab, di bandara banyak calo dan lain-lain," ujarnya.
Lantas, sekitar pukul 09.00 Ifah bertolak dari Banjarbaru menuju Surabaya menggunakan Lion Air.
Sabari mengaku menyesal atas kepergian Ifah yang hingga kini tak kunjung kembali.
"Seandainya tahu dari awal, saya pasti menahannya untuk tidak berangkat," pungkas Sabari.
Cerita Bapak Angkat Ifah, Eks Karyawati Hillcon Kotabaru yang Hilang Misterius