bakabar.com, JAKARTA – Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) mengatakan fenomena surya “pethak” atau Matahari tampak memutih berpotensi terjadi di seluruh wilayah Indonesia.
Fenomena surya pethak adalah saat matahari merona putih selama siang hari sejak terbit hingga terbenam.
“Setiap wilayah di seluruh indonesia berpotensi mengalami surya ‘pethak’,” kata peneliti di Pusat Sains dan Antariksa Lapan Andi Pangerang, kutip CNNIndonesia.com dari Antara, Minggu (1/1).
Menurut dia jika dikaitkan dengan musim, surya pethak umumnya hanya terjadi di musim-musim penghujan, yang saat itu penguapan air cenderung tinggi sehingga kabut awan lebih mudah terbentuk.
“Surya pethak hanya bisa terjadi jika kualitas udara di lokasi pengamatan kurang baik, dan dari sisi meteorologis, lokasi tersebut tertutup kabut awan, sehingga penghamburan (scattering) tidak sekuat ketika langit bersih dan cerah,” katanya.
Penyebab surya pethak
Penyebab munculnya surya pethak karena letusan gunung berapi dan perubahan sirkulasi air laut yang dapat memengaruhi penguapan dan pembentukan awan.
Secara harfiah, katanya, surya “pethak” bermakna matahari tampak memutih. Surya “pethak” dapat dimaknai sebagai alam sunya ruri atau siang hari yang temaram seperti malam hari. Siang hari yang dimaksud di sini adalah dihitung sejak matahari terbit hingga matahari terbenam.
Menurut dia sinar matahari yang biasa kemerahan ketika terbit dan terbenam akan memutih, sedangkan ketika matahari meninggi, sinar matahari tidak begitu terik dikarenakan terhalang oleh semacam kabut awan.
Kejadian tersebut dapat berlangsung selama tujuh hingga empat puluh hari paling lama.
Efek dari surya pethak dapat membuat suhu permukaan Bumi menjadi lebih dingin, sehingga tumbuhan tidak dapat tumbuh dengan optimal dan manusia akan mudah menggigil.