bakabar.com, BANJARMASIN – Daun-daun kering dihamburkan di lapangan. Penanda batas panggung dalam pertunjukan.
Suara hentakan musik bertempo cepat nyaring terdengar. Kelap-kelip lampu berwarna menambah kemegahan panggung terbuka di halaman kampus Uniska, akhir pekan tadi.
Satu persatu pemeran dipanggil sang sutradara, Liko Ansori, melalui pengeras suara. Tanda pementasan lakon berjudul “Hamil” karya Puthut Buchori dimulai.
Konflik menjadi awal terjadi alur pembuka. Sepasang suami istri bertengkar hebat usai mengetahui anak perempuannya bernama Sisi hamil di luar nikah.
Keduanya saling menyalahkan. Sumpah serapah, tuding-menuding tak becus mendidik anak keluar dari mulut dua orang berpendidikan itu.

Pementasan drama musikal “Hamil” karya Puthut Buchori yang dibawakan anggota Unit Kegiatan Mahasiswa Sanggar Titian Barantai Uniska Banjarmasin. Foto-istimewa
Terlalu sibuk dengan urusan sendiri menjadi penyebabnya.
Sisi yang tengah berbadan dua ditinggalkan. Dijauhi orang-orang terdekatnya. Ia merasa kotor dan tak berharga lagi. Di dalam keterpurukan, Sisi harus menanggung penderitaan seorang diri.
Di sisi lain, dua kelompok anak muda bersemangat bergaya funky dan modis saling beradu mencari mangsa. Sisi lah yang menjadi incarannya.
Mereka bersaing memerebutkan Sisi yang sudah terjerembab di lubang hitam untuk bergabung bersama mereka.
Tanpa rasa iba terhadap penderitaan yang tengah dirasakan Sisi, dua gerombolan itu terus melancarkan bujuk rayunya.
Hingga Sisi diselamatkan sekelompok orang-orang lorong (orang pinggiran) berhati lembut. Meyakinkan bahwa masih ada Tuhan yang Maha baik.
Di ujung kisah, gadis belia yang sudah sekarat di makan usia mudanya. Sampai Sisi akhirnya meninggal dunia dalam kedamaian.
Drama musikal karya Puthut Buchori yang diperankan 23 pemain itu disuguhkan di “Say Hello” Sanggar Titian Barantai (STB) Uniska Banjarmasin.
Liko selaku sutradara menyampaikan sejumlah alasan mengapa drama “Hamil” berdurasi satu jam lebih itu diangkat dalam pementasan.
Berangkat dari kegelisahan kian merosotnya rasa saling peduli sesama, terkhusus pada generasi muda menjadi alasan mendasar.
“Naskah Hamil dipilih karena isu, ataupun unsur cerita yang terkandung di dalamnya sangat dekat dengan kehidupan remaja atau seusia team produksi ataupun target penonton yang akan dipentaskan,” ujarnya.
Mahasiswa Fakultas Ekonomi Uniska jurusan Manajemen itu memandang perasaan saling peduli pada sesama pada anak muda saat ini mengalami krisis.

Pementasan drama musikal “Hamil” karya Puthut Buchori yang dibawakan anggota Unit Kegiatan Mahasiswa Sanggar Titian Barantai Uniska Banjarmasin/istimewa
“Kejadian serupa sangat sering terjadi di sekitar kita, akan tetapi karena kita hanya mementingkan egosentris diri kita sendiri, sehingga tak peduli dengan sekitar dan lupa dengan istilah memanusiakan manusia,” imbuh pria yang akrab disapa Malose ini.
Mantan ketua umum STB itu pun berharap pertunjukan yang disuguhkan mampu menjadi pengingat, bahwa manusia adalah makhluk sosial. Saling peduli, dan selalu bertanggung jawab atas segala perbuatan adalah sesuatu hal yang harus tetap dijaga.
“Ini hanya contoh kecil yang terjadi akibat terseret arus perubahan zaman yang sangat cepat. Dan semoga keberlangsungan proses kreatif ini tidak berhenti sampai disini, terus melakukan eksplorasi demi keberlangsungan bersama,” pungkasnya.
Adapun Ketua Umum STB Uniska, Angga Tri Wahyudi mengatakan Say Hello merupakan rangkaian acara dalam proses perekrutan calon anggota baru Workshop Art STB Uniska ke XX.
Memperkenalkan lebih dekat unit kegiatan mahasiswa (UKM) yang bergerak di bidang kesenian itu kepada para calon anggota baru adalah tujuannya.
“Pepatah bilang tak kenal maka tak sayang. Tujuannya saling kenal satu sama lain. Melihat secara langsung bentuk kegiatan yang ada di Sanggar,” beber Angga.
Selain lakon “Hamil” dalam kegiatan tersebut juga disuguhkan tarian Japin Rantau serta Musikalisasi Puisi berjudul “Mantra Langit” karya Kalsum Belgis.