Hot Borneo

Koreografer Muda Kalteng Pertahankan Budaya Tradisional Dayak melalui Pertunjukan Seni Kontemporer

Abib Igal mencoba menyajikan pertunjukkan budaya tradisional melalui seni kontemporer berjudul “ARUH, Healing Nature For Future”.

bakabar.com, PALANGKA RAYA - Di tengah perkembangan zaman, keunikan seni budaya tradisional setiap daerah di Indonesia khususnya Palangka Raya tentu tidak akan sirna jika berada di tangan orang-orang yang memiliki jiwa seni yang tinggi.

Di Palangka Raya, kreativitas menjunjung tinggi nilai budaya tradisional dapat dikembangkan melalui pagelaran yang dikemas menarik sesuai arus zaman, dengan tujuan memperkenalkan khasanah budaya asli Dayak kepada anak muda milenial. 

Seorang koreografer muda sekaligus sutradara asal Palangka Raya, Abib Igal, yang pernah membawakan tari Gelang Dadas di Gala Dinner G20 akhir 2022, mencoba menyajikan pertunjukkan budaya tradisional melalui seni kontemporer berjudul “ARUH, Healing Nature For Future”.

Pertunjukan seni kontemporer ini menawarkan jalan masuk untuk kembali menyatu bersama alam, dengan cara menangkap berbagai elemen bunyi dan gerakan untuk dihadirkan dalam perspektif hari ini.

Selain itu, seni kontemporer ini juga merupakan sebuah seni yang berbasis nilai tradisi asli suku Dayak.

Hal tersebut berdasarkan hasil riset artistik yang dilakukan Abib Igal dari ritual Wadian Dadas di Barito Timur, Kalimantan Tengah dan ritual Balian di Meratus, Kalimantan Selatan.

Kemudian kedua ritual ini dibentuk menjadi sebuah seni pertunjukan.

Aruh dalam karya ini menurutnya, memiliki arti yang sakral bagi suku Dayak.

Karya ini juga mengadopsikan dan mengadaptasi tiga elemen penting dalam ritual Daras dan Balian Maratua yakni bunyi gelang, bunyi hentakan kaki dan bunyi lantunan mantra sebagai media garap artistik.

Jika awalnya kedua ritual ini memiliki spesifikasi ruangan dan waktu yang melekat pada masyarakat adat Dayak Kalimantan, aruh berupaya untuk mengkalibrasi unsur-unsur tersebut menjadi netral, bahkan mentah untuk bisa berkomunikasi dengan ruang-ruang lain yang lebih luas tak berbatas.

"Kesenian tradisional saat ini harusnya tidak lagi dikatakan sebuah kesenian yang kuno. Melalui pertunjukan aruh ini, kami telah mengemasnya dalam sebuah pertunjukan berdasarkan situasi saat ini tanpa menghilangkan nilai-nilai di dalamnya," ucap Abib Igal saat ditemui di Taman Budaya alimantan Tengah, Selasa (10/1) malam.

Ia menegaskan, pertunjukan seni kontemporer ini bertujuan untuk mengajak masyarakat khususnya anak muda Kalteng agar tidak terjebak dalam romantisme, nostalgia dan eksotisme.

"Pertunjukan ini jangan hanya dijadikan sebuah tontonan, tetapi juga bisa dijadikan tuntunan dalam kehidupan sehari-hari," katanya.

Lantas pertunjukan ini menuai respons positif dari penonton yang hadir, sebab seni kontemporer yang ditampilkan merupakan sebuah karya kreatif dan inovatif dari anak muda asal Palangka Raya.

"Apa yang ditampilkan oleh Abib Igal merupakan sebuah pertunjukan seni yang baru dan saya sangat mendukung acara ini," ujar Marini, salah satu penonton.

Sementara itu, Kepala Dinas Pariwisata, Kebudayaan, Pemuda dan Olahraga (Disparbudpora) Palangka Raya, Iin Hendrayati mengapresiasi atas terselenggaranya pertunjukan seni kontemporer ini.

Ia berharap akan ada lagi event pertunjukan seni dari anak muda Kalteng yang lebih meriah. 

"Pemerintah Kota Palangka Raya sangat mendukung acara pertunjukan seperti ini, karena selama pandemi 2 tahun lalu, pertunjukan seni seperti ini sempat terhenti, dan harapannya ke depan akan ada lebih banyak lagi acara yang mengangkat budaya asli daerah Kalteng," terangnya.

Iin Hendrayati menambahkan, dengan banyaknya pagelaran dan pertunjukan seni budaya di Palangka Raya ini, akan membantu meningkatkan perekonomi masyarakat.

Terselenggaranya pementasan ini tidak lepas dari dukungan Program Dana Indonesiana kategori Penciptaan Karya Kreatif Inovatif Perseorangan dari Direktorat Kebudayaan, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi.

Editor


Komentar
Banner
Banner