bakabar.com, JAKARTA – Vaksin nusantara yang diprakarsai dr Terawan menjadi polemik. Meski sebagian menyebut vaksin ini murni karya anak bangsa, ternyata sebagian pihak menyebut tidak demikian.
Dalam evaluasi uji klinis Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), komponen vaksin didatangkan dari Amerika Serikat (AS), yakni dari AIVITA Biomedical Inc, perusahaan AS yang menyokong riset vaksin.
“Semua komponen utama pembuatan vaksin dendritik ini di Import dari AS (antigen, GMCSF, medium pembuatan sel, dan alat-alat untuk persiapan),” tulis Kepala BPOM Penny K Lukito, dikutip dari CNBC Indonesia, Rabu (14/4/2021).
Transfer teknologi juga akan memakan waktu lama. Pasalnya perusahaan itu juga belum memiliki sarana produksi untuk produk biologi, sehingga butuh waktu setidaknya dua hingga lima bulan untuk mengembangkannya.
Lalu, kata Penny, kerahasiaan data dan transfer data keluar negeri juga tidak tertuang dalam perjanjian penelitian.
“Karena tidak ada perjanjian antara Indonesia dengan AIVITA Biomedical Inc,” katanya.
Selain itu, peneliti asing juga terlibat dalam riset. Ini membuat banyak hal tak bisa dijelaskan oleh peneliti utama Indonesia dalam dengar pendapat dengan Komnas Penilai Obat.
“Proses pembuatan vaksin sel dendritik dilakukan oleh peneliti dari AIVITA Biomedical Inc, meskipun dilakukan training kepada staf di RS. Kariadi tetapi pada pelaksanaannya dilakukan oleh dari AIVITA Biomedica Inc. Ada beberapa komponen tambahan dalam sediaan vaksin yang tidak diketahui isinya dan tim dari RS. Kariadi tidak memahami,” jelas Penny.
BPOM meminta riset vaksin nusantara dikembangkan lagi di fase preklinik sebelum mendapat “basic concept yang jelas”. Penelitian dengan Kemenristek harus dilakukan.